Our previous journey: Kuwait

Sunday, August 19, 2007

Human Trafficking



Setelah sebelumnya dapat sumbangan meja makan, sekarang dapat sumbangan lagi dari Mas Heru & Mbak Ida berupa kursi rotan panjang. Di hari kemerdekaan ini, kami menggotong kursi tersebut dan dijejelin ke Chrysler Mas Heru, lengkap dengan 4 kursi makan dan 6 orang (Mas Heru, Eman, Yoswar, Bayu, Papin & Gaga - putra mas Heru) di dalamnya. Tumpukan tersebut berjalan di bawah terik matahari Kuwait dengan panjang perjalanan 2 kilometer. Jendela mobil terpaksa ditutup kain atau bantal agar tidak terlihat dari luar, menghindari cegatan polisi yang bisa mengira sedang ada aktivitas human trafficking dengan mobil Mas Heru.


Friday, August 17, 2007

17 Agustus di Kuwait


MacBook putih, casing merah & latar belakang Kuwait Liberation Tower

Mardhika, Indonesia! Hari ini seumur hidup 'merayakan' kemerdekaan negeri sendiri di negara orang. Rasa nasionalisme yang sebelumnya ala kadarnya, sekarang mulai terasa lebih kental. Maklum, makin jauh makin dekat rasanya.

"And ever has it been known that love knows not its own depth until the hour of separation."
Khalil Gibran


Belum banyak yang bisa dilakukan untuk Indonesia hingga kini. Tapi, rasa nge-Ndonesia yang menebal di Kuwait membuat Papin dkk merasa perlu melakukan sesuatu. Ngga banyak-banyak, ngga neko-neko, ngga ngawang-awang. Hanya sekedar perlu memberikan citra plus kepada orang-orang di sini tentang Indonesia. Seperti yang sudah diketahui, citra Indonesia di Timur Tengah umumnya adalah TKI atau TKW. Populasinya bisa sekitar 80% dibanding profesi lain seperti pilot, dokter, suster & expatriat di berbagai bidang seperti minyak atau stasiun TV seperti yang dilakukan Papin dkk.

Citra 'pembantu' ini tampak pada saat kita melakukan hubungan komunikasi dengan banyak orang. Jika kita bepergian ke tempat keramaian (seperti mall, cafe, restaurant, supermarket) wajah Asia kita sering dikira orang Filipina atau Thailand. Bagi mereka, Indonesia mestinya itu nyumput di dapur atau bersih-bersih di rumah majikan. Dan tidak bebas berkeliaran terutama saat malam. Kalau pun jalan ke tempat keramaian, pastinya berperan sebagai baby sitter dorong stroller anak majikan.

Memang bukan sebuah peran yang besar, tapi bercerita dan memberikan citra plus kepada banyak orang tentang Indonesia adalah sesuatu yang patut dilakukan. Sesuatu yang memang seharusnya dilakukan saat di negara orang.

Thursday, August 16, 2007

Sabar ya, Peri-peri Kecil Kami


Arwen, Salma & Nida

Saat Papin berencana pergi ke Kuwait beberapa bulan lalu, ada satu hal yang tidak Papin Mamin duga & antisipasi sebelumnya. Jika rasa kehilangan dan kangen muncul, paling tidak hanya Mamin, orang tua & kerabat kami yang mengalaminya. Namun kini ternyata Arwen pun juga merasakan hal yang sama. Dan dampaknya sangat luar biasa.

Kami pun sempat dibuat bingung dan pusing pada perilaku Arwen seperti yang diceritakan di blog nya. Awal-awal kepergian Papin, perilaku Arwen tidak terlalu berubah, paling sekedar minta ditambahin kumis biar mirip bapaknya. Lewat 1 bulan, perilaku Arwen makin unpredictable.

Yoswar dan Bayu pun mengalami hal yang sama pada putri tertua mereka, Salma dan Nida. Gejolak psikologis menghantui perilaku keseharian mereka. Gejalanya pun sama. Kami bertiga pun saling bertukar informasi tentang kondisi masing-masing putri tertua kami. Intensitas komunikasi dengan istri masing-masing juga makin tinggi. Maklum, kami (merasa) harus terus mendapatkan update perkembangan dari hari ke hari. Dan tentu saja untuk memberi dorongan dukungan moral spiritual kepada istri tercinta kami yang bertugas ganda sebagai pengganti ayah putri kami, sekaligus sebagai kepala rumah tangga bagi keluarga mungil kami.

Sabar ya putri-putri kami. Kita akan segera berkumpul kembali dan bercengkerama seperti sediakala. Amin.

Read also Santi's blog.

Wednesday, August 15, 2007

Malam Pertama di Apartemen



3 hobbit ini akhirnya bermalam di 'desa Shire' nya yang baru. Masing-masing sibuk menata kamarnya dengan barang-barang yang sudah dibeli sebelumnya seperti kasur, sprei, sarung bantal, venetian blinds dan lain-lain. Papin sendiri belum punya tirai, terpaksa beli sprei di Sultan Supertmarket untuk dijadikan tirai darurat. Males saja tidur diintipin dari jalan raya dan jembatan penyeberangan. Sprei yang dibeli juga spesial, bergambar film animasi karya Disney & Pixar "Cars". Arwen suka banget dengan film ini, that's why Papin beli sprei ini buat nanti saat Arwen sudah bergabung di Kuwait. Hitung-hitung sudah mempersiapkan tempat tidur buat para Neverland.



Tanpa cemilan makanan, tanpa TV atau pelengkap seperti layaknya rumah, dengan hanya berbekal hiburan internet dari MacBook Papin, kami pun melewati malam pertama bersama dengan perasaan yang campur aduk. Walau begitu, saat kami memejamkan mata dan merebahkan badan di kasur baru kami, ada semacam kelegaan bahwa akhirnya kami bisa tinggal dan beristirahat di sebuah rumah. Dan segera menggelar mimpi bertemu keluarga dengan tenang.

Nonton Bioskop



Hari ini kita nguber mau nonton Harry Potter. Setelah melihat jadwal di website Cinescape, kita ngebut dari kantor ke Al Fanar untuk mengejar yang jam 19:30. Sayangnya, Harry Potter sudah tidak diputar di bioskop tersebut dan berhubung sudah kadung tiba di lokasi kita memilih menonton film lainnya, Bourne Ultimatum. Hitung-hitung jajal nonton bioskop di Kuwait.

Harga tiketnya KD 2,5 (Rp 75.000-an) dengan konfigurasi urutan tempat duduk dari A sampai L dan deret A adalah yang terdekat dengan layar - kebalikannya di Indonesia. Yang menarik, konfigurasi dibagi 2 area antara bachelor/single dan keluarga. Area bachelor/single berada di deret A sampai E, posisi paling dekat dengan layar! Kebayang kalau judul film-nya yang lagi ramai ditonton, sudah pasti para bujangan ini berebut untuk posisi di tengah di area A - E tersebut. Menderita sekali kalau menonton film di deret terdepan tapi nomor posisi duduk di paling pinggir. Bikin sakit leher dan mata pegel.

Kita dapat posisi di deret E dengan nomor 3, 4, 5, 6. Seperti di Indonesia, layar dibuka diawali dengan trailer promosi film dengan subtitle bahasa Arab dan Perancis (subtitle Perancis hanya muncul di trailer, tapi tidak muncul saat film diputar). Setelah itu iklan-iklan lokal bermunculan dan ..... *uhuiy* iklan 'corporate image' perusahaan tempat kami bekerja, Al Watan TV. Karena menggunakan format film 35 mm, iklan tersebut terlihat memukau saat ditonton di layar lebar. Rich colors, crisp images. Kami sempat terlihat 'kampungan' di antara penonton lain karena menunjuk-nunjuk ke layar kegirangan. Tumben-tumbennya kami merasa bangga bahwa perusahaan tempat kami bekerja nongol di bioskop. Kampungan!

Setelah itu Bourne Ultimatum diputar. Dengan style pengambilan gambar 'handheld camera' ala dokumenter, film ini cukup melelahkan jika ditonton di deret tempat kami duduk. Mata kami terlalu dekat dengan layar bergambar adegan bergoyang-goyang tidak stabil, membuat kami agak mual. Tampaknya, film dengan style 'handheld camera' hanya bisa ditonton buat yang sudah berkeluarga saja di Kuwait.

Keluar dari gedung bioskop, secara psikologis kami langsung menuju area parkir untuk mengambil mobil dan pulang. Maklum, baru pertama kali menonton di negeri orang.

Tuesday, August 14, 2007

MacBook si Temen Bobok

Sungguh setia si MacBook ini. Rasanya ngga bisa lepas sedetik pun dengannya. Dari urusan komunikasi dengan keluarga Neverland, blogging, browsing, photo & video library semua digeber dalam MacBook generasi pertama ini.



Termasuk urusan tidur. Sebelum merem, slideshow sudah disiapkan lengkap dengan background lagu-lagu favorit keluarga Neverland. MacBook pun setia menemani tidur Papin hingga pagi.

Saturday, August 11, 2007

Beberes Rumah



Photobucket - Video and Image Hosting
(click to enlarge the map)

Sudah 2 hari ini kami memaksakan diri untuk mempersiapkan dan beres-beres rumah berteduh kami di Kuwait. Setelah membayar lunas di hari Kamis, kami diberikan kunci oleh haris (penjaga tempat) dan segera mengukur ruang, 'check and recheck' kondisi air & toilet (test langsung oleh Eman yang kebetulan lagi sakit perut), lampu, kebersihan, pengatur AC dan lainnya.

Dengan bantuan mas Haidar sebagai penerjemah dan negosiator kami dengan haris Mahmoud si brewok (yang tidak bisa bahasa Inggris), kami menanyakan beberapa hal seperti kunci, pipa saluran untuk wash-machine serta kemungkinan membongkar, mengecat, memaku. Untungnya Mahmoud cukup baik dan becandaan, jadi kami bisa mulai mengakrabkan diri secara perlahan walau bahasanya saling teu nyambung.



Hari ini kami borong barang IKEA (setelah sebelumnya membeli spring bed di daerah Farwaniya bawah). Bahkan Eman pun ketularan untuk juga membeli pernak-pernik. Kami terpaksa membawa 3 trolley untuk mengangkut bed frame, curtain, venetian blinds, karpet, sprei, bed cover, sarung bantal, etc.




Setelah didrop Mas Heru dan Mbak Ida di rumah baru, kami pun langsung menyingsingkan lengan baju dan menggulung kaos kaki untuk memulai prosedur bersih-bersih.Walau letih, tapi kami sangat bersemangat dan ingin segera mempergunakan rumah ini secepatnya. Dan makin semangat saat Mas Indra yang tinggal di lantai 3 datang membawa teh manis dingin.

Selesai beberes, kami pun berjalan kaki menuju rumah Mas Heru yang jaraknya 2,5 km. Dalam perjalanan, kami sudah membuat berbagai macam rencana dan bayangan tentang rumah baru kami, yang sedikit banyak harus menjadi pengganti rumah kami yang sesungguhnya di Indonesia. Sebuah tempat di mana kami bisa pulang tanpa harus terbang ribuan kilometer. Sebuah tempat di mana kami bisa tenang terlelap untuk bertemu keluarga kami dalam mimpi.

Wednesday, August 08, 2007

Dusty Sandy Day


Langit cerah Kuwait beberapa waktu sebelumnya


Langit butek penuh pasir dan debu hari ini dengan suhu 52 derajat celcius

Hari ini Kuwait lagi 'mendung' debu dan pasir dengan suhu 52 derajat celcius. Diperparah lagi dengan kecepatan angin panas yang cukup tinggi membawa partikel-partikel pasir bikin mata kelilipan. Jika di Indonesia langit sudah mendung, saatnya untuk mengangkat jemuran agar tidak kehujanan. Di Kuwait, jika langit sudah mendung debu, saatnya untuk mengangkat jemuran agar cucian tidak berdebu dan berpasir.

Martabak Arab

Kini kami sudah mulai punya banyak referensi menu untuk mengganjal perut saat bekerja. Di kantor tersedia banyak flyer dan brosur menu makanan dari tempat makan yang bisa delivery. Rekan-rekan kerja pun bersedia membantu menerjemahkan menu yang umumnya berbahasa arabic tersebut.



Salah satu menu favorit kami adalah Meshaltit Fteera, sejenis martabak tapi menggunakan bahan pastry dan sedikit lebih tipis. Isinya bisa keju, beef atau plain. Seharga 1 KD-an kami sudah mendapatkan 2 ukuran porsi martabak keju bangka.



Penutupnya Samadi, semacam juice buah-buahan yang terdiri dari nanas, apel, pisang dan dibalur ice cream vanilla seharga 500 fils (Rp 15000).

Yummy!

Martabak Arab

Kini kami sudah mulai punya banyak referensi menu untuk mengganjal perut saat bekerja. Di kantor tersedia banyak flyer dan brosur menu makanan dari tempat makan yang bisa delivery. Rekan-rekan kerja pun bersedia membantu menerjemahkan menu berbahasa arabic.

Salah satu menu favorit kami adalah Meshaltit Fteera, sejenis martabak tapi menggunakan bahan pastry dan sedikit lebih tipis. Isinya bisa keju, beef atau plain. Seharga 1 KD-an kami sudah mendapatkan 2 ukuran porsi martabak keju bangka.

Penutupnya adalah Samadi, semacam juice buah-buahan yang terdiri dari nanas, apel, pisang dan dibalur ice cream vanilla seharga 500 fils (Rp 15000).

Yummy!

Monday, August 06, 2007

Diajak Shooting



Hari ini Papin diharuskan boss Bader ikut kegiatan shooting untuk sebuah opening program wanita, karena ide dari Papin dan materi shooting menjadi bagian dari pekerjaan motion graphic yang Papin tangani. Jadi harus ada pengarahan teknis langsung dari pelaksana grafisnya. Nantinya, materi shooting ini akan dikombinasikan dengan style watercolor yang sedang dikerjakan Papin.



Cukup grogi juga, kegiatan produksi yang biasanya berurusan dengan teman-teman sekampung sekarang harus memberi arahan dan diskusi/brainstorming dengan orang-orang Arab. Boss Bader pun menyerahkan keputusan artistik ke Papin, termasuk beberapa pengarahan gaya untuk sang model.

Alhamdulillah semua berjalan lancar. Rekan-rekan baru semua cukup ramah, baik dan supportive. Bahkan kami bisa tertawa bersama, walau Papin ngga ngerti bahasanya (tapi paham apa yang dimaksud). It was fun, though.


Thursday, August 02, 2007

Fun at Work



Walau hanya dalam hitungan satu bulan, Papin dan teman-teman sudah merasa nyaman di kantor barunya. Yang tadinya merasa perlu untuk behave dan sungkan (maklum kami bekerja dengan lingkungan dan orang-orang yang 100% baru) dalam hanya beberapa hari kami sudah bisa ketawa keras-keras, becanda, jahil-jahilan dan kelakuan busuk bisa langsung keluar, apalagi orang-orang di sekitar kami juga ternyata lebih gokil.

Yoswar sudah brat-bret-brat-bret (menebar gas pribadi) sembarangan, Bayu dengan loud burpy-nya, Eman dengan diesel generator snorring-nya dan Papin dengan chewbacca yawning-nya. It's all fun. Kami bisa berbuat seajaib mungkin dan secomfort mungkin. Seperti yang sudah menjadi kebiasaan busuk kami di RCTI. Thanks to Sami the Lebanese yang membuka pintu lebar-lebar untuk membiarkan kami apa adanya. Maklum, dia sendiri juga lebih ajaib dan ngocol dibanding kami (dia pernah mengunci pintu dari luar saat seorang office boy berkebangsaan India sedang membersihkan bathroom di dalam).

Kami pikir, hal-hal semacam ini merupakan lubricants dan pengendur syaraf dalam bekerja. Mengingat pekerjaan kami sangat rentan bersinggungan dengan pergesekan rasa dan mood kerja satu sama lain, terutama Sami saat dia jadi MPAW (Master of the Pain in the Ass at Work).


Ini Yoswar lagi asik kerja, dikagetin Papin yang sneaky-sneaky dari belakang sambil bawa kamera digital. Perhatikan baik-baik wajah kaget si gondrong ini saat dia kaget setengah mati tiba-tiba Papin nongol dari bawah meja.

Wednesday, August 01, 2007

Berburu Apartemen Lagi

Photobucket - Video and Image Hosting
(click to enlarge the map)

Gara-gara transaksi apartemen di Ishbilya dibatalkan oleh pihak agent, kami terpaksa harus mencari lagi tempat berteduh di Kuwait. Seperti biasa, mas Heru comes to the rescue. Beliau sudah menyiapkan rencana cadangan dengan mencari informasi, salah satunya info dari mas Indra staf KBRI yang pindah apartemen. Sebelumnya, mas Indra sudah memberi kabar bahwa dia berniat menjual mesin cuci & kompornya karena males nggotong-nggotong ke apartemen barunya. Jadi kami pikir, mungkin kami bisa mengambil alih apartemen lamanya lengkap dengan mesin cuci & kompor tanpa harus angkut-angkut.

Namun ternyata setelah meluncur ke daerah Jabriya (tempat apartemen lama mas Indra) kami merasa kurang cocok dengan apartemen tersebut (terlalu kecil dan berdampingan langsung dengan tempat parkir gedung - kami pun terlalu trenyuh untuk mengabadikan tempat tersebut dalam bentuk foto). Mas Indra pun memberi info lagi bahwa di tempat barunya, masih ada tempat-tempat baru yang disewakan dengan harga 200 - 250 KD. Bersama mas Heru & mbak Ida kami pun meluncur menuju apartemen baru mas Indra.


Sampai di lokasi dan melihat-lihat tempat, kami cukup cocok dengan kondisinya. 3 kamar, 1 kamar mandi, 1 dapur dan 1 ruang tamu cukup lebar dengan pemandangan 5th ring road highway. Lingkungan cukup baik, dengan adanya beberapa bakala (toko kelontong) di sekitar gedung apartemen. Dan lokasi tersebut cukup dekat dengan rumah mas Heru (lihat peta).

Setelah selesai survey, kami berkesimpulan tempat ini bisa menjadi pilihan sebagai tempat berteduh kami. Hari Kamis nanti, kami berencana mencoba survey ke daerah Farwaniyah untuk mencari tempat lain sebagai bahan pertimbangan. Maklum, walau sifatnya sekedar tempat berteduh sementara, kayaknya tetap harus mendapatkan yang benar-benar sreg. Namanya juga pengganti rumah di Indonesia.

Tuesday, July 31, 2007

Review Sebulan di Kuwait

Sudah sebulan Papin di negeri berpasir ini. Sudah banyak hal yang bisa dicatat selama ini, diantaranya :
  1. Suhu Kuwait yang 'kurang ajar' sudah bisa diantisipasi dengan perasaan lebih sabar tidak emosional. Paling buru-buru cari tempat ber-AC dan meminimalisasi kegiatan luar ruang yang tidak penting seperti ngeceng gadis-gadis Arab di pinggir jalan *aduh digaplok Mamin!*
  2. Makanan lokal sudah banyak yang bisa diadaptasi oleh lidah. Shawarma, tikka, meshaltit sudah 100% compatible dengan OS (Operating System) lambung. Porsi makanan juga sudah pinter-pinter mengukur sesuai kapasitas lambung. Hanya saja Yoswar masih dalam proses adaptasi dan belum sempurna, ditandai dengan aktivitas buang angin yang cukup sering (TIDAK PADA TEMPATNYA!) dan menimbulkan aroma yang mematikan.
  3. Masih seputar makanan, kami sudah menemukan tempat yang menyediakan menu khas Indonesia atau Asia dari yang murah hingga yang mahal.
  4. Transportasi masih bergantung pada Tariq dan sesekali nebeng Mas Heru. Sempat mencoba angkutan bus umum tapi masih sebatas rute yang sudah kami kenal, itu pun ditemani oleh Mas Yok dan Mas Sofyan.
  5. Sudah bisa membaca nilai Kuwait Dinar dengan lancar dan membandingkan dengan nilai Rupiah. Sehingga tidak lagi terjadi salah kalkulasi pada harga suatu barang/jasa. Maklum, rata-rata digit angka Kuwait Dinar hanya 1 atau 2, contoh 1 KD atau 10 KD. Seolah-olah murah padahal kalau dirupiahkan menjadi Rp 30.000 atau Rp 300.000.
  6. Sudah mulai bisa mengkalkulasi pengeluaran seiring dengan masuknya salary pertama dan punya account bank di Gulf Bank dengan kartu debit yang memudahkan untuk berbelanja dan ambil cash di mana pun. Hari ini pun sudah berhasil transfer ke Western Union Indonesia.
  7. Sudah bisa memahami beberapa kata atau kalimat Arabic populer. "Asmaul" untuk "luar biasa", "Surra" untuk "cepat", "Kulu tamam" untuk "kabar baik", "La'!" untuk "tidak". Serta beberapa kata kotor yang sering diucapkan Sami tanpa mau menyebutkan maknanya.
  8. Belum berhasil mendapatkan tempat tinggal. Sempat membayar sebuah apartemen dengan jaminan kantor namun hari ini dibatalkan karena tetangga menolak kehadiran bujangan. Sementara Papin sudah harus minggat dari hotel. Tampaknya perjuangan memang masih harus dilanjutkan.
  9. Belum berhasil melakukan kembali aktivitas olah raga lari :(
  10. Dan yang terakhir, rasa kangen dengan rumah dan keluarga Neverland masih terasa hebat namun tidak terlalu menyiksa (walau sesekali masih tercekat), cenderung lebih stabil dengan ditandai intensitas kirim mengirim SMS lebih banyak dengan Mamin, dibanding dengan menggunakan Yahoo Messenger dan Skype yang bolak-balik gagal konek - Telkomnet Instant & Speedy sucks! Tidur pun sudah lebih tenang tanpa harus merasa 'sesak nafas' karena terbayang wajah-wajah keluarga Neverland.
Semua proses perjuangan ini tidak lepas dari bantuan Eman dan keluarga Mas Heru, gabungnya 2 hobbit Yoswar & Bayu dan kondisi tempat kerja yang sangat kondusif (thanks to Bader our cool boss & Sami our senior slave!). Dan tentu saja dukungan moril dari rumah, keluarga Neverland, orang tua kami dan Sang Maha.

Saturday, July 28, 2007

Ganti Ban dengan Suhu 52 Derajat Celcius



Mengganti ban di tengah terik matahari di Jakarta tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang kami alami baru-baru ini. Ban mobil mas Budi yang dikemudikan mas Heru tiba-tiba pecah ban dan harus ganti dengan serep. Buasnya angin panas Kuwait tidak kami pedulikan, yang penting ban segera diganti dan bisa melanjutkan perjalanan dengan AC menyala :D

Namun timbul masalah saat kunci roda tidak ditemukan. Kami harus mencari bantuan kesana kemari. Alhamdulillah ada seorang Kuwaiti yang bersedia meminjamkan kunci roda dan seorang Filipino yang (menyangka kami sesama Filipino) meminjamkan dongkrak buaya. Setelah berjuang menguras tenaga dan bermandikan arus keringat, kami bisa melanjutkan perjalanan.


Eman pun harus mengganti kemejanya karena kuyup oleh keringat

Hari ini suhu di Kuwait mencapai 52 derajat celcius! Dan menurut kabar, kami bukan satu-satunya korban ban pecah karena panas.

Friday, July 27, 2007

Furdha Fish Market

Photobucket - Video and Image Hosting
(click to enlarge the map)



Hari ini kami berkesempatan mengunjungi pasar ikan Furdha berdekatan dengan Souq Sharq Waterfront di pinggir pantai. Mas Heru dan mbak Ida bermaksud membeli beberapa kebutuhan masak memasak, ditemani oleh Mas Sofyan dan Mas Iyo. Sampai di pasar, bayangan Papin tentang pasar ikan seperti umumnya di Indonesia ternyata meleset.
Bangunannya sendiri cukup megah dengan interior dihiasi ornamen-ornamen yang ditata secara apik. Kondisi di dalamnya juga cukup bersih dan tidak kumuh.



Mbak Ida membeli udang 1 kg seharga 2,75 KD (Rp 82500) dan satu ekor ikan tenggiri dengan harga 2 KD (Rp 60000) per kg. Menurutnya, harga tersebut lagi mahal-mahalnya dan tergantung musim. Jika musim panas sekarang, beberapa jenis tangkapan laut agak sulit dipanen.

Melihat belanjaan mbak Ida, sudah terbit air liur kami membayangkan hasil masakannya di rumah nanti. Yummy!

More photos of Furdha fish market are in Flickr.

Location :
Lat 29 23.320
Long E47 58.730

Thursday, July 26, 2007

4 Hobbits and Their Barbie House

Setelah lama tertunda, akhirnya kami menyempatkan diri untuk melihat apartemen yang akan kami tinggali. Apartemen 3 kamar tidur 2 kamar mandi tersebut hanya berjarak 10 meter dari kantor dengan harga 300 KD per bulan (sekitar Rp 9 juta rupiah!)

Begitu membuka pintu, serentak sontak kami berempat berteriak, "BUSET!!!! WARNANYA!!!" Bagaimana tidak terkejut, kami langsung disambut tembok warna merah muda yang menghiasi hampir seluruh ruang apartemen. Saat masuk ke masing-masing kamar tidur, kami pun semakin membelalakkan mata. Ada kamar warna kuning mencrang, warna peach, warna oranye. Huahahahahahahaha... kami serasa masuk ke dalam rumah Barbie.






Diluar hingar bingar warna tembok, secara overall tempat tersebut sangat baik. 2 kamar mandi cukup bersih dan sudah tersedia air dingin & panas. Di dapur sudah tersedia rak dan wash basin lengkap dengan keran air minum. Juga tersedia penyedot asap kompor yang terletak di atas kompor - apa tuh namanya. AC menggunakan sistem sentral sehingga hanya satu setting untuk seluruh ruangan.

Setelah mengunjungi apartemen, kami pun kembali ke kantor dengan penuh rencana di kepala kami, salah satunya adalah beli cat untuk membinasakan warna-warna Barbie tersebut.

Update : 31 Juli 2007
Transaksi dibatalkan! Agen property memberi kabar bahwa tetangga satu gedung keberatan jika ada bujangan tinggal di sekitar mereka.

Wednesday, July 25, 2007

Reckless Driver 2



Seperti yang sudah diceritakan sebelumnya, mental & moral pengemudi di jalanan Kuwait terlihat kasar. Beberapa kali terjadi benturan dan gesekan kepentingan yang mengakibatkan serempetan, tabrakan atau bahkan kecelakaan fatal. Sami the Lebanese pernah menyebutkan sebuah ruas jalan yang kita lewati sebagai "suicide highway" atau "highway to hell" karena sering dipakai ajang kebut-kebutan mobil-mobil sport mewah para anak muda Kuwaiti.

Setiap kali kami berangkat kantor, pasti ada 1 atau 2 kendaraan teronggok di pinggir highway dengan kondisi mengenaskan. Dari kendaraan umum, truk sampai sedan mewah seperti Jaguar remuk tak berwujud menggambarkan kejadian yang sesungguhnya.



Kebetulan Papin baca sebuah artikel dari sebuah majalah Kuwait tentang hal ini. Headline-nya saja sudah sangar : Kuwait's Street Wars. Di situ ditulis bahwa kondisi perilaku pengemudi di Kuwait sudah mengkhawatirkan. Diperparah lagi tidak ada kekuatan hukum untuk menindak hal ini. Beberapa point yang ditulis dalam artikel tersebut diantaranya :

  • Denda melanggar batas maksimum kecepatan di highway adalah 'hanya' 50 KD (Rp 1500000). Jumlah ini dianggap terlalu kecil dan tidak akan bikin kapok para pelanggar. Lha kalo yang kebut-kebutan Lamborghini & Ferrari, denda 50 KD mah tinggal lepeh thok.

  • Kalau pun terjadi pelanggaran, hukum jadi lembek saat sudah bicara nepotisme. Orang-orang kaya di Kuwait ini umumnya cukup dekat dengan keluarga Raja. Takut lah yaw.

  • Dipermudahnya anak-anak orang kaya ini memiliki mobil sport tercepat tercanggih. Hadiah ulang tahun atau ucapan kasih sayang di hari Valentine : kunci mobil sport!

  • Dalam artikel di tulis, bahwa ada sekitar 100 nasionalities di jalanan, yang berarti sangat riskan terjadi benturan kultur atau kebiasaan mengemudi. Hal ini jelas berpengaruh besar pada kondisi berlalu lintas di Kuwait.

Hhmmmm... jadi mikir-mikir bawa kendaraan di Kuwait euy :D

Update July 26 2007
Baca juga tulisan Didats tentang hal ini di http://didats.net/page/392/the-dangerous-streets-are-in-kuwait/

Lunch with mr. Ambassador

Photobucket - Video and Image Hosting
(click to enlarge the map)



Karena ada urusan administrasi dengan KBRI (stempel kedubes pada ijazah S1 kami) kami pun berkesempatan mengunjungi perwakilan negeri kami dengan diantar mas Heru. Sesaat setelah masuk, kami merasa ada kehangatan ala rumah di KBRI. Sejauh mata memandang - seputar leher menengok semua orang-orang dari tanah air.

Tadinya kami hanya berniat meminta stempel, namun setelah ke mushola untuk shalat Dzuhur kami berkenalan dengan banyak staf KBRI dan dengan Pak Dubes Prof. Dr. Faisal Ismail! Bahkan kami berkesempatan makan siang bersama beliau dan rekan-rekan staf KBRI. Siapa yang mau menolak menu rumahan? Hare gene kaga makan nassii???? Setelah makan siang kami pun ngobrol banyak hal, terutama tentang situasi kehidupan bekerja & berkeluarga di Kuwait. Sejenak kami merasa KBRI menjadi semacam perwakilan rumah kami.

Terima kasih kepada Pak Faisal Ismail dan para staf KBRI yang telah memberikan secercah kehangatan rumah kepada kami.

Website KBRI Kuwait klik di sini.

Tuesday, July 24, 2007

Shawarma



Shawarma adalah sejenis sandwich dengan daging (ayam, domba, sapi atau kambing dicacah seperti kebab) dicampur dengan sayur-sayuran seperti layaknya sandwich. Dijual dengan harga paling murah 150 fils (Rp 4000-an), bahkan di IKEA pun dijual dengan harga paket (+ minuman soft drink) dengan harga 350 fils (Rp 10000-an). Makanan ini jadi andalan sementara saat sudah bingung mau makan apa saat kelaparan. Karena tidak mungkin terus menerus menyantap menu junkfood & makanan rumahan susah nemunya. Kecuali saat waktu senggang bisa bela-belain ke City.



Beberapa kali, kami menyempatkan diri untuk mampir ke warung shawarma dengan diantar si Tariq. Biasanya kami membeli sekaligus beberapa porsi agar bisa dimakan saat masih bekerja hingga malam. Tariq membantu kami berbicara dengan pemilik warung untuk memilih isi shawarma. Maklum, dari daftar menu hingga pemilik toko cuma bahasa Arab.

Bukan menu yang ideal tentunya. Walau teman-teman di kantor mengatakan bahwa shawarma masih relatif lebih sehat dibanding junk food, bagi kami yang sehat adalah menu nasi dan teman-temannya! Bukan yang lain :D

Monday, July 23, 2007

Our workplace



Ruang kerja di kantor kami benar-benar ditata dan diatur secara nyaman buat bekerja. Jika di tempat kerja kami sebelumnya kenyamanan tempat bekerja hanya diperhatikan dan diprioritaskan untuk jabatan head section atau manajer ke atas, di sini kami mendapatkan kehormatan untuk memilih warna ruangan, meja kerja, sofa dan kursi kerja (yang senyaman kursi manajer *ceile*) sesuai dengan kebutuhan kami. Walau kantor memberikan fasilitas pernik-pernik lampu, peralatan kantor, hiasan dinding (seperti poster film misalnya), kami terdorong untuk membeli sendiri. Sekedar agar benar-benar pas dengan selera. Eman sendiri berinisiatif membeli standing lamp (12 KD/Rp 350 ribuan) & table lamp (7 KD/Rp 200 ribuan) dari IKEA.



Kenyamanan tersebut dilengkapi dengan fasilitas alat kerja yang memadai : MacPro (high-end) dengan 2 CinemaDisplay (plus video monitor) untuk masing-masing personil.



Sebuah kenyamanan kecil yang sedikit banyak membayar harga betapa jauhnya kami berada dari rumah.