Our previous journey: Kuwait
Showing posts with label transportation. Show all posts
Showing posts with label transportation. Show all posts

Tuesday, December 20, 2016

Naik Kereta Nostalgia

Setiap tahun, antara Thanksgiving day sampai jelang Natal, penyelenggara angkutan kereta subway NYC menyediakan layanan khusus: Holiday Nostalgia Train. Menghubungkan antara Queens Plaza di Queens dan 2nd Avenue di Manhattan, di jalur M.



Kereta R1 ini melayani dari tahun 1930 hingga 1970. 40 tahun! Kondisinya masih terawat dan menurut petugasnya, kereta ini masih sangat laik jalan, walau tidak memiliki peralatan modern seperti location tracker atau automatic brake kalau ada kereta di depan.


Jujur saja sih, sampai sekarang pun naik kereta subway New York City memang berasa lawas. Jadi naik kereta tua begini berasa ngga jauh berbeda hahaha.



Hanya saja suasananya jadi lebih vintage ketika banyak penumpang berpakaian ala tahun 30an dan diiringi musik swing jaman itu. Cukup seru. Tahun depan mau coba lagi.

Tuesday, December 08, 2015

Menjajal Citi Bike


Kunci docking sepeda dikirim setelah apply membership

Pilihan transportasi di kota ini banyak banget. Jadi kalau salah satu pilihan terhambat, masih ada sarana lain agar tetap bisa sampai tujuan. Kali ini kami mencoba sarana sepeda Citi Bike. Awalnya agak ogah karena untuk jadi anggota mesti membayar $149 setahun - dengan sekali masa pakai maksimum 45 menit (lebih dari itu ada fee tambahan $3 per 45 menit). Bisa juga tanpa menjadi anggota, dengan membayar $10 untuk 24 jam.

Namun karena ada promosi harga khusus bagi anggota Zipcar sebesar $99 setahun, ya kenapa tidak dicoba? Setelah apply, 2 hari kemudian dikirim kunci docking sepeda dan brosur.

 

Yang seru, aplikasi Citi Bikenya memberi info navigasi serta stasiun-stasiun docking sepeda di kota ini, lengkap dengan banyaknya sepeda & docking kosong yang tersedia. Dengan begitu, kita ngga perlu kecele saat datang mau mengambil sepeda tapi semua sudah terpakai. Atau saat kita mengembalikan sepeda, semua docking penuh untuk menaruh sepeda.

Sejauh ini, penggunaan Citi Bike sangat membantu untuk menjangkau daerah-daerah yang jauh dari jalur subway. Serta lebih cepat daripada harus menunggu bis yang jadwalnya sering ajaib. Hanya saja, walau tersedia beberapa jalur sepeda, bersepeda di Manhattan ini juga perlu kewaspadaan terutama di jalanan yang tidak ada jalur sepedanya. Di Manhattan ini pesepeda juga banyak yang ngawur, miriplah dengan pesepeda motor di Jakarta. Samber sana samber sini, slonong kian kemari. Seringkali hampir menyerempet orang yang sedang menyeberang. Untuk membayangkan situasinya, tonton saja film Premium Rush :D

Sepedanya agak berat, jadi kurang lincah buat digenjot. Apalagi kalau sudah jalanan naik turun. Walau ada pilihan gigi kecepatan, tetap tidak membantu. Sempat sok-sokan mau pulang kantor naik CitiBike dari Manhattan ke Queens. Dari 24st hingga 52st (3km) saja ngos-ngosan dan langsung mencari docking sepeda untuk kemudian lanjut naik subway.


Kelar naik sepeda, paha kembang kempis dan lanjut naik subway XD

Akhirnya memang tujuan pakai Citi Bike ini ngga cuma semata transportasi jarak pendek, tapi juga membuat badan tetap bergerak membakar lemak. Tiap mulai naik sepeda langsung mengaktifkan aplikasi pencatat kalori di Apple Watch. Lumayan, ada alternatif workout.

Friday, September 25, 2015

Kardus-kardus Pindahan Dari Kuwait Sudah Tiba!

Dapat kabar kalau kardus-kardus pindahan dari Kuwait sudah sampai di sini. Setelah beres urusan administrasi dan custom, kami diharuskan mengambil sendiri 16 kardus tersebut di sebuah gudang di New Jersey.

Mengambil 16 kardus pindahan.
Di sebuah gudang.
Di New Jersey.

Definitely a new adventure.



Seumur hidup di sini baru 2 kali ke New Jersey. Sekali cuma lewat saat menjajal Zipcar keluyuran ke luar kota, lalu kedua kalinya saat ke rumah teman di Hoboken. Dan ini pertama kalinya naik kereta api PATH (Port Authorization Trans-Hudson) yang nyebrang kali Hudson. Naik dari stasiun 34th Herald Square, penjagaan sangat ketat sehubungan dengan kunjungan Pope ke mari. Setelah tas digeledah oleh petugas, beli tiket MetroCard 2-trip card $5.

Mengambil stasiun terakhir Journal Square, perjalanan dari Manhattan memakan waktu 1/2 jam. Dari sana ngga nemu bis sesuai panduang Google Maps dan Transit app. Asli, ternyata transportasi publik di sini mbingungi. Beda dengan New York yang hari pertama saja udah bisa pede keluyuran berbekal panduan Google Maps thok. Putus asa karena waktu sudah mepet, akhirnya naik taksi yang mangkal dekat terminal. Dan ternyata pakai argo kuda, $25 untuk jarak cuma 5-6 km. Meh.

 

Sampai di kawasan pergudangan yang dimaksud, sudah ada Pak James dengan mobil van-nya, siap membantu mengantar dan mengangkat 16 kardus tersebut. Antrian clearance cukup panjang, suasananya seperti di pelabuhan atau pergudangan pada umumnya. Isinya kebanyakan kuli angkut yang berbahasa Spanyol, dengan sesekali berbahasa inggris untuk melontarkan sumpah serapah hahaha.

 
Satu persatu kotak-kotak kardus dari Kuwait ini masuk van Pak James, yang dicorat-coret vandals di rumahnya. Penampakannya jadi ghetto pisan :D

Setelah beres clearance form-nya, kami diperintahkan untuk ke pintu gudang dengan membawa kendaraan angkut. Sempat ketar-ketir takut van Pak James ngga muat. Kalau ngga muat, mesti nginepin kotak-kotak ini lagi dengan biaya yang ngga murah. Dan males aja balik lagi ke sini. Untungnya muat, malah ada space kosong. Tahu gitu bisa nambah 3-4 kardus lagi dari Kuwait *LHO??* :D

 

Sejam kemudian - setelah muter sana muter sini karena jalan dialihkan sehubungan kunjungan Pope - tiba di rumah. Kardus-kardus yang 12 bulan tidak pernah menghirup udara luar ini akhirnya dibuka satu persatu. Aroma apartemen Salmiya masih terbawa, membawa suasana nostalgia. Krucil tampak sangat excited saat mereka mulai nemu satu persatu barang bersejarah mereka dari Kuwait.

Video saat Pudsey bear masuk vacuum bag di Kuwait bulan September 2014 dan dibuka kembali setekah setahun kemudian di New York.

Alhamdulillah. Dengan tibanya kardus-kardus ini, sepenuhnya lengkap sudah proses pindahan kami dari Kuwait ke New York.

Tuesday, August 04, 2015

Jalan-jalan Dengan Zipcar



Hari Pertama

Mumpung masih baru di sini, semua hal dicoba & di-observasi. Kali ini kami menjajal untuk apply keanggotaaan Zipcar - penyewaan mobil dengan sistem komunitas. Walau tidak memiliki driving license yang dikeluarkan di New York, kami tetap mencoba karena Zipcar memberi kemudahan bagi yang memiliki foreign driving license, seperti Indonesia. Ngecek di website, Indonesia termasuk dalam list yang diberi kemudahan menjadi anggota. Syaratnya menanda tangani surat pernyataan bahwa kita berumur 21 tahun ke atas dan memiliki surat izin mengemudi yang dikeluarkan lembaga resmi negara, melampirkan scanned SIM Papin dan paspor (termasuk visa Amerika). Semua dikirim via email dan besoknya sudah di-approve, kartu Zipcar dikirim ke rumah 2 hari kemudian.

Saat akhir pekan, kami mencoba me-reservasi Zipcar untuk berjalan-jalan keluar kota. Sayangnya, di sekitar kami tinggal tidak tersedia mobil mini van atau SUV, umumnya sedan. Lalu kami memilih mobil Honda City yang tersedia tidak jauh dari rumah, hanya 10 menit naik bis.

Tiba di tempat yang ditentukan, ternyata mobil yang di-reservasi tidak ada di tempat. Kami menelepon call center dan komplen, kenapa tidak ada notifikasi jika mobil belum tersedia. Mereka minta maaf, memajukan jadwal reservasi dan menyuruh kami pergi ke tempat lain untuk mengambil mobil lain. Terpaksalah kami naik bis lagi dan jalan kaki mencari Zipcar di tempat yang sudah ditentukan.




Untunglah kali ini mobilnya tersedia di tempat, sebuah Honda Civic keluaran baru. Walau agak grogi, kami pun menempelkan kartu Zipcar ke kaca mobil dan pintu mobil terbuka. Di dalam ada kunci mobil untuk menyalakan mesin. Kami pun siap berangkat ke Bear Mountain hari itu.



Yang menyenangkan, bensin & bayar toll gratis - beberapa jembatan mewajibkan pengendara membayar toll, namun hampir semua interstate highway gratis, paling tidak sepanjang perjalanan kami - dengan cukup menggunakan kartu pengisian bensin dan kartu pembayaran toll. Sayangnya kami ngga ngerti cara ngisi bensin, jadi terpaksa kami skip. Dan kartu pembayaran toll yang seharusnya tersedia tidak ada di dalam mobil. Jadi kami tetap membayar toll $8 dan $14, untuk jembatan Triboro (RFK bridge) & jembatan George Washington yang menyeberangi Hudson River.
Total waktu: 7 jam (selesai 45 menit sebelum jadwal).
Total jarak: 157 km bolak balik
Total biaya: $157.34 (sudah dengan pajak ini itu).

Selesai perjalanan hari ini, kami mengembalikan mobil sebelum jam reservasi habis. Dilanjutkan dengan berjalan kaki ke rumah :D

Hari Kedua

Kali ini kami menjajal perjalanan dalam kota, dari rumah ke IKEA di Brooklyn dengan jarak 20km dari rumah. Cukup jauh jika menggunakan kereta api atau bis, jadi kami sekalian mengukur jika menggunakan mobil sendiri. Kami menyewa Mazda 3 jam, dari jam 12 siang hingga jam 3. Namun kami tidak mengantisipasi kondisi jalanan yang macet di beberapa titik. Plus, harus salah baca instruksi GPS, sehingga salah keluar dari highway sampai dua kali hahahaha.



Jam 2 lebih masih di IKEA, sudah dipastikan bakal telat. Mencoba kirim SMS untuk minta extend, tapi ditolak. Telpon call center, katanya ngga bisa extend karena ada penyewa berikutnya yang menunggu. Artinya, akan ada penalty karena telat. Yasudah mau gimana lagi.

Sampai di lokasi reservasi, kami terlambat 17 menit. Dari sana kami gotong-gotong barang IKEA naik kereta 1 stop & bis ke rumah :D

Total waktu: 3 jam 17 menit.
Total jarak: 43 km bolak balik.
Total biaya: $116.9 (sudah dengan penalty keterlambatan $50 :(((( )

Kesimpulan sementara


Lepas dari biayanya yang besar, pengalaman berkendara mobil pertama kali di New York ini sangat memberi kesan yang mendalam. Walau semua aturan lalu lintas cukup jelas, tetep saja was-was takut salah atau bikin kesalahan. Wajar sih ya. Namanya juga di negara orang. Rasa khawatir itu berangsur hilang setelah 30 menit menyetir, karena semua pengguna jalan menghormati lainnya dan rambu lalu lintas sangat jelas, mengantisipasi salah ambil jalur atau melebihi kecepatan. Benar-benar nyaman. Buat yang biasa menyetir di Jakarta atau Kuwait, pengalaman ini sangat menyenangkan. Panduan di GPS juga sangat akurat, tinggal masalah kebiasaan saja membaca nomor & nama jalan seperti Exit 25 atau I95.

 

Lalu pemandangan. Setelah sekian lama terkepung hutan beton kota New York, akhirnya bisa menikmati sisi lain negara ini. Juga bisa melihat sisi lain di perjalanan dalam kota, yang biasanya hanya bisa dilihat dari jendela kereta subway atau bis.

Yang menarik, saat kami tiba di parkiran IKEA, krucil langsung berasa nostalgia sedang di IKEA Kuwait. "Kita kayak lagi masuk parkiran Avenues Mall - IKEA." Referensinya bukan IKEA Alam Sutra tapi Kuwait hahahaha. Ya maklum, seumur hidup ke IKEA Alam Sutra baru sekali.

Apakah kita akan kembali pakai Zipcar lain kali? Tentu saja, wong sudah bayar $7 buat keanggoataan sebulan. Tapi ngga bakal terus-terusan pakai kali ya? Cukup buat special occasion, seperti menjamu tamu negara atau blusukan ke tempat yang jauh-jauh sekalian. Dengan harga sewa $15/jam, untuk keseharian sekitar NYC mending naik kereta atau bis.

Saturday, March 21, 2015

Mari Pindahan Bersama Pak James



Setelah beberapa hari menyicil barang pindahan ke rumah baru di Astoria, hari ini kami janjian dengan Pak James yang memiliki jasa transportasi.



Lumayan, 8 koper plus pernak pernik bisa sekali angkut dengan minivan.
Pak James ini sudah di New York dari awal 2000an dengan visa pelajar dan berlanjut hingga kini. Beliau menyediakan jasa moving, transportasi dari IKEA atau Home Depot, penjemputan pengantaran ke bandara hingga jasa tur kota New York selama 10 jam dengan tarif US$300.

Tuesday, March 10, 2015

Berkunjung ke Grand Central Terminal.

Kami lagi sering membaca-baca Fun Fact List About New York City, tempat-tempat di kota ini yang memiliki hal menarik tersembunyi dan tidak banyak orang yang tahu. Grand Central Terminal adalah salah satunya, memiliki banyak hal menarik dan bersejarah. Grand Central Terminal ini sudah direstorasi dan dicat ulang, terutama bagian langit-langitnya yang sebelumnya kusam dan jorok terkena asap rokok pengunjung stasiun. Tim restorasi menyisakan satu bata yang dibiarkan apa adanya untuk menggambarkan betapa kotornya langit-langit Grand Central sebelum dibersihkan (sumber).



Arwen "Look look! The nicotine & tar brick!" menunjuk ke kaki rasi bintang Cancer (langit-langit stasiun ini dihiasi gambar rasi bintang) tepat di ujung.



Sekalian bikin video klip, pakai teknik timelapse buat menggambarkan betapa sibukanya tempat ini, tempat lalu lalang orang dari berbagai penjuru ke segala jurusan.


Monday, February 09, 2015

Jalan-jalan ke Manhattan

Hari ini setelah sarapan pagi, kami bersiap untuk jalan-jalan ke Manhattan. Sekalian pengen ngetest subway. Karena kami tinggal di Williamsburg Brooklyn, stasiun terdekat ada di Graham Ave. Jalan kaki 15 menit lah dari apartemen. Perjalanan menuju stasiun lumayan bikin happy, karena jadi makin tau, di lingkungan tempat kita tinggal banyak resto-resto kecil, ada apotik, toko stationery, ada toko buah (ini penting) dan yang paling paling penting........ADA TOKO ARTS & CRAFTS. Walaupun gak sempet masuk, tapi next time kami berencana untuk  mengunjungi toko tersebut.


Sesampainya di stasiun, kami agak bingung di mana harus membeli metro card dan tipe seperti apa yang baiknya kami beli. Waktu di London jelas sekali ditunjukkan, kartu untuk naik tube bisa didapat di mana aja dan kami dengan mudah juga mendapatkan informasi tentang isi ulang kartu dan paket-paket yang ditawarkan. Bahkan kartu tube bisa diisi ulang di grocery store. Akhirnya kami datangi petugas di loket yang dengan cuek menjawab pertanyaan-pertanyaan kami. Setelah tau kami berlima, 2 dewasa dan 3 anak kecil, dia menyarankan untuk membeli tiket pulang pergi saja ke Herald Square untuk Papin dan Mamin. Ok yang penting bisa pergi pulang dulu, masalah teknis soal kartu metro ini nanti kami tanyakan lagi ke teman-teman di sini.

Untuk 2 orang dewasa, kami hanya mendapatkan 1 kartu, yang berarti begitu Papin/Mamin masuk duluan (berikut masing-masing dengan 1/2 krcuils) lewat turnstiles, setelah itu kartu diserahkan ke orang berikutnya untuk digesek lagi. Hmmmm sedikit merepotkan. Apalagi musti lewat turnstiles yang sempit itu dengan untel-untelan bareng bocah-bocah. Gak ada pintu khusus family kayaknya. Tapi kata seorang temen di stasiun gede biasanya ada pintu khusus yang bisa dibuka petugas.

Kesan pertama memang terlihat jorok dan tak terawat ya stasiun-stasiun di sini, gak kayak London yang resik dan terang benderang. Seru, jadi bisa melihat sesuatu yang berbeda lagi dan punya pengalaman lain. Selain itu, line subwaynya juga banyak banget, jadi mungkin karena baru pertama kali, bingung rasanya.

Keluar di Herald Square langsung disambut pemandangan Manhattan yang begitu rame (yaiyalah rame melulu pasti). 

Tujuan utama kami ke sini adalah mencari sepatu boots buat Arwen dan baju-baju training untuk anak-anak. Karena selama kami transit di Indo 4 bulan kemarin, kaki Arwen bertambah panjang rupanya. Jadi udah gak muat lagi. Keluar masuk toko, ke Macy's, Old Navy, Payless ternyata udah susah mencari snowboots. Mungkin karena seharusnya udah lewat musimnya. Jadi gagal deh perburuan hari ini. Kami hanya mendapatkan celana-celana training buat krucils.




Dinginnya NYC, gak bisa membuat kami berlama-lama jalan-jalan dengan krucils. Selain karena masih capek, mereka juga belum terbiasa dengan cuaca yang dingin ekstrim. Maklumlah laskar-laskar padang pasir ini terbiasa dengan panas ekstrim di Timur Tengah.



Sebelum pulang kami menyempatkan diri berfoto di 34th St. dengan latar belakang Empire State building.



Pukul 5 sore saat matahari mulai terbenam, kami memutuskan pulang. Dari Herald Square menuju Graham Avenue ternyata subway-nya lumayan padat. Mungkin ini termasuk rush hour. Sesampainya di Graham Ave, menyempatkan untuk duduk sebentar karena kaki lumayan penat dan krucils terlihat lelah, sebelum melanjutkan perjalanan ke apartemen.

Monday, October 01, 2012

Chapter Baru: Minivan Buat Transportasi



Setelah mamin dapat SIM (papin masih juga belum dapat :P), kami seperti dimudahkan untuk bawa mobil sendiri di Kuwait. Sempat sewa mobil, dipinjamkan Yoswar & Bayu yang liburan mudik, akhirnya kami memberanikan diri untuk memiliki sendiri sebuah kendaraan. Kini, Arwen & Leia tidak lagi berangkat & pulang sekolah menggunakan bus sekolah tapi diantar oleh mamin (kadang-kadang papin yang nyetir) & Neo. Minivan ini kami beri nama Chrys Kelana (kelana = Voyager) atau Chrisye. Semoga si Chrys ngga rewel ya. Amin.

Check our other sketches & illustrations about our journey in Kuwait here.

Saturday, December 18, 2010

Bus Trip To Fahaheel

Seumur-umur tinggal di Kuwait baru sekali naik bis kota, itu pun saat masih jomblo tanpa Mamin & krucil. Maklum halte jauh & nggak direkomendasi naik bis saat summer.

Hari ini kami mencoba petualangan baru, menjajal naik bis ke Al Kout mall di Fahaheel, 31km dari area rumah kami. Ke haltenya sendiri terpaksa numpang Jamal, maklum haltenya jauh dari rumah & tidak ada angkot hehehe.

Kami naik bis nomer 102. Di Kuwait sini terdapat beberapa armada bis, namun semuanya melayani route dengan nomer yang sama. Misal kalau di Jakarta nomor 69 Blok M - Ciledug, nomor tersebut dilayani MetroMini, Mayasari Bakti, PPD dsb. Penumpang tinggal milih mana yang paling nyaman.


Supir merangkap kenek dengan mesin kasir kecil digital

Setelah membayar tiket dewasa 250 fils (0,25 KD atau Rp 7500) - anak-anak gratis & boleh tidak dipangku - kami duduk di bagian yang terdapat tanda 'Ladies Seats'. Tiba di pemberhentian terakhir di Fahaheel, kami masih harus berjalan 500 meter menuju Al Kout.

Jelang malam, kami memutuskan kembali pulang sebelum anak-anak kelelahan. Dan kembali menggunakan bis nomor 102 untuk pulang.



Rute bis kami dari Salmiya ke Fahaheel

Tuesday, June 30, 2009

Two Man is Finish


Begitu kata sopir India kami yang artinya 2 orang tewas dalam
kecelakaan ini. Kendaraan van ini nyaris tidak ketahuan lagi wujud
aslinya, sudah ibarat 'tempe penyet'.
Korban jiwa sudah berjatuhan, tapi teteup we perilaku nyetirnya
seperti metromini kejar setoran. Tsk

Tuesday, March 17, 2009

Berhenti di Stasiun Kecil

Kami turun di stasiun Kumkapi, karena melihat jejeran restoran pinggir
laut di dekat stasiun

Pemandangan Selat Bosphorus & Laut Mar Mara

Naik kereta api

Tanpa tujuan pasti, kami iseng berangkat dengan beli koin 1,40 lira
(Rp 7000-an)

Stasiun Sirkeci

Patung di penghujung jalur rel stasiun Sirkeci

Kereta Api Perancis

Buatan 60-an dan masih beroperasi

Sudut stasiun tua Sirkeci

Stasiun Sirkeci

Another commuter train

Stasiun Sirkeci

Commuter train tahun 60-an buatan Perancis yang masih beroperasi