by : Pinot & Dita
Kami masih punya hutang buat posting tahap akhir dalam urusan administrasi CIVIL ID. Semua anggota keluarga sudah punya CIVIL ID dari sejak bulan Maret lalu, tapi baru sempat mengurai dan menyusun sekarang. Seperti biasa, prosedur ini hanya berdasarkan pengalaman kami -- mengurus Civil ID anggota keluarga dengan suami/ayah sebagai sponsor keluarga. Setiap orang bisa saja mengalami perjalanan kisah yang berbeda, apalagi pemerintah Kuwait demen gonta ganti sistem dan peraturan :P
Biaya yang disiapkan :
- 250 fils per amplop Civil ID
- 2 KD untuk pengambilan per 1 (satu) Civil ID
1. Beli amplop Civil ID
Ini tampang si amplop civil ID(click to enlarge)
Amplop ini bisa dibeli di PACI (lihat peta) seharga 250 fils (Rp 8.000-an) per kepala. Kami sempat 'tersesat' dan menemui kesulitan saat mencari tempat untuk membeli amplop ini. Katanya amplop ini bisa dibeli di Co-Op (Koperasi Pemerintah) di wilayah mana pun. Setelah ngider-ngider ternyata nemu satu Co-Op di Rawda yang menjual amplop tersebut.
2. Mengisi formulir dalam amplop
Di dalam amplop terdapat 2 lembar kertas formulir yang harus diisi.
Kami mengisi formulir dengan rincian sebagai berikut :
1. Foto anggota keluarga
2. Data anggota keluarga (nomor Civil ID kosong)
3. Data pemberi sponsor : suami/ayah dari anggota keluarga
4. Data anggota keluarga dengan mencantumkan nomor Civil ID suami/ayah
Setelah mengisi formulir, lampirkan berkas berikut ini :
1. Fotokopi paspor halaman nama, foto dan halaman iqomah yang sudah diurus di tahap sebelumnya.
2. 2 pas foto anggota keluarga ukuran 4 x 6
3. Formulir yang telah diisin
4. Golongan darah (kami melampirkan fotokopi kartu darah dari Rumah Sakit di Indonesia - yang penting ada kata 'Blood Type')
5. Tambahan : fotokopi civil ID suami/ayah
Masukkan semua berkas ke dalam amplop coklat.
2. Penyerahan amplop ke mesin
(click to enlarge)
Pintu depan PACI
Koridor menuju pintu masuk
Amplop coklat dibawa ke PACI (Public Authority for Civil Information) di wilayah South Surra (dekat 6th Ringroad). Dari pintu depan berjalan menuju pintu masuk. Tanya pada security untuk mesin penerima amplop Civil ID.
Mesin penerima amplop civil ID
Di tempat mesin penerima amplop, seorang petugas menerima amplop kita dan memasukkannya ke dalam mesin. Dari petugas tersebut, kami mendapatkan receipt yang harus disimpan dan diserahkan saat pengambilan civil ID nantinya.
Envelope receipt yang didapat setelah memasukkan amplop civil ID
3. Pengecekan di website PACI
Proses pembuatan civil ID bisa dimonitor di website PACI : http://www.paci.gov.kw/eng/index.htm
Klik pada menu "Civil ID Readiness Status". Masukkan nomor yang tertera pada Envelope Receipt. Berikutnya akan muncul status window seperti di bawah ini :
Amplop belum diterima dan belum diproses. Tunggu beberapa hari kemudian.
Setelah 2 - 3 hari, amplop sudah diterima dan sedang diproses. Tunggu beberapa hari kemudian.
Dalam waktu kurang dari seminggu, Civil ID sudah selesai dan siap diambil di mesin penyerahan di kantor PACI. Perhatikan nomor mesin yang ditunjuk. Di mesin itulah civil ID yang sudah jadi bisa diambil.
Nah ini yang berabe. Kami mengalami hal yang cukup bikin pusing. Dari 3 civil ID yang diproses, hanya 1 yang lolos tidak ada masalah dan bisa diambil di kantor PACI. Kebetulan civil ID tersebut adalah milik Leia, putri kami terkecil. Sementara civil ID Mamin (Dita sang istri) dan Arwen si sulung bermasalah dengan status seperti tertera di website PACI di atas. Kami pun datang ke kantor PACI -- lengkap dengan pasukan 2 krucil dengan harapan urusan bisa lebih lancar, maklum orang-orang Arab sini demen tampang bayi-bayi imut Asia. kekekekek.
Alhamdulillah, ternyata hanya ada kesalahan pencantuman alamat :P
4. Pengambilan Civil ID
Setelah mencatat nomor mesin yang tertera pada website PACI, kami pun bertamu kembali ke kantor PACI. Hanya saja, sebelum menuju mesin penyerahan civil ID, kami harus rekonfirmasi kepada petugas di loket yang sudah disediakan. Loket tersebut terletak di sebelah kanan setelah pintu masuk. Kalau tersesat, tanyakan saja pada security untuk mengambil civil ID.
Loket untuk konfirmasi dan pengambilan dummy card
Kami mengambil nomor antrean dan menunggu untuk dipanggil. Setelah tiba giliran, kami menuju loket dan petugas menanyakan Envelope Receipt, Civil ID suami/ayah. Dari petugas, kami mendapatkan dummy card yang digunakan untuk mengambil civil ID di mesin penyerahan.
Dummy card tampak depan dan belakang. Bentuknya seperti kertas tebal dilaminating plastik tebal, lengkap dengan barcode.
Kami pun menuju ruangan luas yang berisi deretan mesin-mesin penyerahan civil ID berwarna biru dengan masing-masing nomor.
Setelah menemukan mesin yang dimaksud, dummy card dimasukkan ke dalam slot. Terdengar suara pria dalam bahasa Arab. Ngga ngerti ngomong apa. Tiba-tiba suara pria menyebut-nyebut 2 KD. Langsung serahkan uang 2 KD (Rp 60.000) ke dalam slot lembar uang. Suara pria lagi, menyuruh kita untuk menunggu. Terdengar suara 'klik' di salah satu slot, ternyata civil ID sudah nongol di situ.
Bahagia rasanya. Pengen meluk mesinnya dan bilang 'masykur' (terima kasih) kepada si pemilik suara dari dalam mesin. Cuma terpaksa diurungkan niatnya, daripada malah nambah masalah. Yang jelas, keluar dari kantor PACI, wajah sumringah terpampang disambut angin panas summer saat itu.
Related stories :
- Civil ID Survival Guide 1
- Civil ID Survival Guide 2
- Civil ID Survival Guide 3
- Family Visa Survival Guide
Monday, August 25, 2008
Thursday, August 21, 2008
Malam nan Lembab Berkabut
by : Pinot
Sekitar jam 8 malam, saat keluar dari taxi kami dihadang udara pengap lembab seperti layaknya di Jakarta. Semua kaca dan jendela mobil serta pertokoan buram tertutup embun. Pas dicek, ternyata saat itu tingkat kelembaban menjulang tinggi hingga 67% -- normalnya di musim panas ini 15 % - 20 %. Badan jadi sumuk dan pliket.
Yang menarik, langit Kuwait terlihat agak foggy (kami sempat mengira bahwa itu adalah debu pasir yang lagi mejeng). Tidak pekat tapi cukup terlihat, samar membuat bulan tampak seperti diberi efek blur pada Photoshop.
Pada jam 0:10 malam, kelembaban makin naik menjadi 84 %, persis sama saat tanggal 22 Juli lalu.
Winter is on the way? :D
Related story :
- The Night was Moist
Weather info :
- Wunderground.com
Sekitar jam 8 malam, saat keluar dari taxi kami dihadang udara pengap lembab seperti layaknya di Jakarta. Semua kaca dan jendela mobil serta pertokoan buram tertutup embun. Pas dicek, ternyata saat itu tingkat kelembaban menjulang tinggi hingga 67% -- normalnya di musim panas ini 15 % - 20 %. Badan jadi sumuk dan pliket.
Yang menarik, langit Kuwait terlihat agak foggy (kami sempat mengira bahwa itu adalah debu pasir yang lagi mejeng). Tidak pekat tapi cukup terlihat, samar membuat bulan tampak seperti diberi efek blur pada Photoshop.
Pada jam 0:10 malam, kelembaban makin naik menjadi 84 %, persis sama saat tanggal 22 Juli lalu.
Winter is on the way? :D
Related story :
- The Night was Moist
Weather info :
- Wunderground.com
Sunday, August 17, 2008
Setahun Lewat : Indonesia (part 2)
Ini adalah seri 'laporan khusus' setahun kami menginjakkan kaki di bumi Kuwait, dalam rangka mengenang, merenung dan mensyukuri apa yang sudah diberikan oleh-Nya kepada kami selama kami di sini.
Rindu kampung. Itu sudah jadi 'SOP' (Standard Operation Procedure) buat yang merantau jauh dari kampung halaman. Apalagi jika menemukan hal-hal yang bikin homesick.
Dibandingkan negara-negara Teluk lainnya, di Kuwait tidak terlalu banyak ditemui hal-hal yang berbau Indonesia -- jangan harap nemu restoran Padang seperti di Qatar atau Arab Saudi di sini :P
Namun -- walau tidak banyak -- tetap bisa ditemui hal-hal unik yang mengingatkan kami pada Indonesia. Beberapa diantaranya :
- Menu Bakmi Goreng Indonesia di restoran Noodle Factory
- Banner bank-bank terkemuka Indonesia di tempat pengiriman uang
- Naik taxi diiringi alunan lagu Indonesia. Biasanya, supir taxi sudah mempersiapkan beberapa kaset untuk penumpangnya. Kebetulan koleksi lagu-lagu Indonesia-nya cukup banyak. Walau koleksinya hanya seputaran musik dang dut thok, tapi rasanya itu lho.. serasa naik taxi di Bintaro :D
- Masih tentang taxi. Suatu ketika pernah numpang taxi yang kebetulan supirnya beristrikan orang Indonesia. "Can you speak to my wife?" dia kasih handphonenya ke kami buat ngobrol-ngobrol.
- Made in Indonesia. Ya ya ya... ngga ngamprah-ngamprah amat. Tapi masih bisa nemu Indomie, sambel Indofood, tisyu dari Bekasi, barang-barang plastik dan beberapa barang lainnya diantara barang-barang Filipina atau India :D
Rindu kampung. Itu sudah jadi 'SOP' (Standard Operation Procedure) buat yang merantau jauh dari kampung halaman. Apalagi jika menemukan hal-hal yang bikin homesick.
Dibandingkan negara-negara Teluk lainnya, di Kuwait tidak terlalu banyak ditemui hal-hal yang berbau Indonesia -- jangan harap nemu restoran Padang seperti di Qatar atau Arab Saudi di sini :P
Namun -- walau tidak banyak -- tetap bisa ditemui hal-hal unik yang mengingatkan kami pada Indonesia. Beberapa diantaranya :
- Menu Bakmi Goreng Indonesia di restoran Noodle Factory
- Banner bank-bank terkemuka Indonesia di tempat pengiriman uang
- Naik taxi diiringi alunan lagu Indonesia. Biasanya, supir taxi sudah mempersiapkan beberapa kaset untuk penumpangnya. Kebetulan koleksi lagu-lagu Indonesia-nya cukup banyak. Walau koleksinya hanya seputaran musik dang dut thok, tapi rasanya itu lho.. serasa naik taxi di Bintaro :D
- Masih tentang taxi. Suatu ketika pernah numpang taxi yang kebetulan supirnya beristrikan orang Indonesia. "Can you speak to my wife?" dia kasih handphonenya ke kami buat ngobrol-ngobrol.
- Made in Indonesia. Ya ya ya... ngga ngamprah-ngamprah amat. Tapi masih bisa nemu Indomie, sambel Indofood, tisyu dari Bekasi, barang-barang plastik dan beberapa barang lainnya diantara barang-barang Filipina atau India :D
Setahun Lewat : Indonesia (part 1)
Ini adalah seri 'laporan khusus' setahun kami menginjakkan kaki di bumi Kuwait, dalam rangka mengenang, merenung dan mensyukuri apa yang sudah diberikan oleh-Nya kepada kami selama kami di sini.
Kerja di negara orang, ternyata mengemban tugas baru : membawa nama bangsa. Tugas tersebut semakin terasa berat saat mendapatkan kondisi image Indonesia -- di Kuwait sini -- yang mencerminkan sebuah negara miskin terbelakang. Image negara pembantu melekat erat di benak orang-orang sini. Maklum, tingkat populasi pekerja non-profesional (TKI) sekitar 80 - 90 % dibanding pekerja profesional.
Untungnya, kami berenam bertugas di bidang media kreatif. Dengan populasi bangsa terbanyak di departemen (lebih banyak dibanding Kuwaiti-nya sendiri), kami bisa membantu memperkuat image positif Indonesia diantara teman-teman kerja kami. Tentu saja dengan cara yang kreatif pula :D
Politik
Indonesia sebagai negara besar sebenarnya sudah cukup populer di mata orang-orang.
Seorang rekan kerja mengucapkan 'bela sungkawa' saat Pak Harto meninggal beberapa waktu lalu. Selain itu juga, rekan kerja dari negara lain jadi agak perhatian dengan kampung halaman. Beberapa kali, mereka malah memberi tahu atau bertanya apa yang sedang terjadi di Indonesia jika mereka menemukan berita di media cetak atau televisi.
Makanan
Ya ya ya. Memang yang namanya selera ngga gampang nyambung dengan lidah Indonesia. Walau sempat terjadi kecelakaan (tragedi kripik usus) atau yang bermasalah dengan aromanya, pada dasarnya mereka senang makanan Asia, terutama bos Bader yang sempat dibawakan tongseng. "This is delicious!! What was that again? Tangsang?"
Budaya
Berhubung kami bekerja dekat dengan seni dan budaya, rekan-rekan kerja non-Indonesia sudah cukup mengenal budaya Indonesia. Beberapa diantaranya selalu minta dibelikan batik jika salah satu dari kami pulang kampung. Sudah ngga heran kalau beberapa kali diantara mereka datang ke kantor berpakaian batik, either oleh-oleh titipan dari kami atau memang sudah punya sebelumnya saat pelesir ke Indonesia.
Sami dan batiknya
Suatu ketika, Sami the Lebanese mengirimkan junk-mail ke kami dengan subject "Somewhere in Africa". Email tersebut berisi gambar-gambar pria kulit hitam setengah telanjang menggunakan koteka pada kemaluan mereka. Kami jelaskan bahwa itu adalah pria-pria Papua Indonesia bukan Afrika. Sami terkejut, "It's in your country? Indonesia? How many tribes that you have there??"
Dan ujung-ujungnya dia minta dibelikan koteka dari Papua. Kami tanya balik, "Does it fit with yours?"
Banyak kisah dan hikayat tentang Indonesia yang kami siarkan kepada rekan-rekan kerja kami. Sesuatu yang remeh tapi ternyata memberi kebanggaan tersendiri bercerita tentang negeri sendiri.
We know it's not a perfect country, but it's our country.
Related stories :
- Batik di kantor Al Watan TV
- Tentang Pak Harto
- Aroma makanan Indonesia
- Kabar Indonesia
- Lagu Benyamin S
- Tragedi Kripik Usus
Kerja di negara orang, ternyata mengemban tugas baru : membawa nama bangsa. Tugas tersebut semakin terasa berat saat mendapatkan kondisi image Indonesia -- di Kuwait sini -- yang mencerminkan sebuah negara miskin terbelakang. Image negara pembantu melekat erat di benak orang-orang sini. Maklum, tingkat populasi pekerja non-profesional (TKI) sekitar 80 - 90 % dibanding pekerja profesional.
Untungnya, kami berenam bertugas di bidang media kreatif. Dengan populasi bangsa terbanyak di departemen (lebih banyak dibanding Kuwaiti-nya sendiri), kami bisa membantu memperkuat image positif Indonesia diantara teman-teman kerja kami. Tentu saja dengan cara yang kreatif pula :D
Politik
Indonesia sebagai negara besar sebenarnya sudah cukup populer di mata orang-orang.
Seorang rekan kerja mengucapkan 'bela sungkawa' saat Pak Harto meninggal beberapa waktu lalu. Selain itu juga, rekan kerja dari negara lain jadi agak perhatian dengan kampung halaman. Beberapa kali, mereka malah memberi tahu atau bertanya apa yang sedang terjadi di Indonesia jika mereka menemukan berita di media cetak atau televisi.
Makanan
Ya ya ya. Memang yang namanya selera ngga gampang nyambung dengan lidah Indonesia. Walau sempat terjadi kecelakaan (tragedi kripik usus) atau yang bermasalah dengan aromanya, pada dasarnya mereka senang makanan Asia, terutama bos Bader yang sempat dibawakan tongseng. "This is delicious!! What was that again? Tangsang?"
Budaya
Berhubung kami bekerja dekat dengan seni dan budaya, rekan-rekan kerja non-Indonesia sudah cukup mengenal budaya Indonesia. Beberapa diantaranya selalu minta dibelikan batik jika salah satu dari kami pulang kampung. Sudah ngga heran kalau beberapa kali diantara mereka datang ke kantor berpakaian batik, either oleh-oleh titipan dari kami atau memang sudah punya sebelumnya saat pelesir ke Indonesia.
Sami dan batiknya
Suatu ketika, Sami the Lebanese mengirimkan junk-mail ke kami dengan subject "Somewhere in Africa". Email tersebut berisi gambar-gambar pria kulit hitam setengah telanjang menggunakan koteka pada kemaluan mereka. Kami jelaskan bahwa itu adalah pria-pria Papua Indonesia bukan Afrika. Sami terkejut, "It's in your country? Indonesia? How many tribes that you have there??"
Dan ujung-ujungnya dia minta dibelikan koteka dari Papua. Kami tanya balik, "Does it fit with yours?"
Banyak kisah dan hikayat tentang Indonesia yang kami siarkan kepada rekan-rekan kerja kami. Sesuatu yang remeh tapi ternyata memberi kebanggaan tersendiri bercerita tentang negeri sendiri.
We know it's not a perfect country, but it's our country.
Related stories :
- Batik di kantor Al Watan TV
- Tentang Pak Harto
- Aroma makanan Indonesia
- Kabar Indonesia
- Lagu Benyamin S
- Tragedi Kripik Usus
Sunday, August 10, 2008
Icip-Icip Breadtalk Kuwait
by : Dita
Postingan ini gak bermaksud mendeskreditkan gerai roti ternama Breadtalk. Cuman mau rumpi-rumpi dikit soal gerai roti ini *sama aja yak*.
Selama setahun di Kuwait, kami baru 2 kali belanja di Breadtalk. Sementara waktu di Jakarta, dalam sebulan saja kami bisa beberapa kali menyambangi toko roti ini. Kayaknya kalo lewat depan Breadtalk latah aja pengen mampir, walau cuman membeli barang 1-2 items. Seneng aja liat varian-variannya yang begitu banyak dengan rasa yang cukup menggoda.
Kebetulan dulu, Mamin pernah ada proyek kerjasama launching varian Breadtalk terbaru di Jakarta. Dari situ, akhirnya kami tahu bahwa masing-masing roti punya filosofi tersendiri. Sesuai dengan namanya Breadtalk, mereka memang ingin jualan bahwa roti itu bisa "berbicara" tentunya lewat rasa. Didukung dengan penamaan tiap roti yang cukup kreatif, bukan sekedar roti keju, roti coklat, dsb. Sampe-sampe waktu itu kita mikir, asik juga ya strategi marketingnya, kreatif. Brainstorming dan bedah idenya jadi enak banget, karena materinya fun. Jaman itu mana ada toko roti yang dagangan kayak gitu. Menurut kita sih mereka cukup inovatif. Gak heran dimana-mana terlihat antrian bak ular naga panjangnya.
Waktu pertama kali tau ada Breadtalk di Kuwait, kirain bisa mengobati kerinduan akan aneka rasa roti mereka. Bayangannya seperti Breadtalk Jakarta, dengan gerai minimalis, clean dan biasanya terletak di pusat perbelanjaan terkemuka. Begitu liat Breadtalk Kuwait, kok rasa-rasanya ilang feeling ya. Gerainya kecil, sepi, terkadang nyempil dan gak terletak di tempat-tempat strategis. Begitu disamperin, blllaaaaahhhh makin gak excited aja, varian rotinya dikit dan gak kreatif, lebih banyak jenis roti asin. Nama-namanya pun gak kreatif. Roti keju ya roti keju, roti coklat ya coklat, kalaupun ada modifikasi paling-paling jadi roti keju coriander. Kebanyakan memang disesuaikan/adaptasi makanan Arab. Padahal sih ya, kalo menurut gue nih, coba deh lebih kreatif jualan, karena gue tau orang-orang Arab ini termasuk sweet tooth doyan yang manis-manis. Yakin deh kalo pake strategi marketing kayak di Indonesia, gak bakal sesepi ini. Akhirnya memang jadi roti yang gak spesial, biassaaa banget bukan roti yang berbicara. Lucunya, roti-roti ini dipasarkan juga di beberapa supermarket kecil. Model Sari Roti gitulah! :D
Kemaren tuh iseng beli Breadtalk (sekalian ngecilin duit). Beli roti keju 2, chicken floss 1, croissant isi chicken 1 dan opera cake 1. Semuanya 5 items, total 1.8 KD atau setara hampir Rp 60.000,-. Rotinya sih emang gak expect banyak, makanya nyobain cake-nya. Pilihan jatuh pada Opera Cake.....kebayang kan yumm yumm yummm. Layer demi layer berlapis buttercream, ganache dan sirup kopi.
Makanya begitu sampe rumah, yang disikat duluan rotinya, cake-nya disayang-sayang ;). Besoknya, bangun tidur siang sama anak-anak langsung kebayang sore-sore nyemil Opera Cake pasti sedep bener. Sepotong dimakan rame-rame. Masuk mulut....haapp....lempeng....satu kata : biasa bangett ehhh 2 kata ding! :p. Masssiiihhh enakan bikinan gue jeh! Jauh!! *xixixixi narsis dikit, cuman kalo punya gue pasti kalah dipenampilan*.
Jadilah Opera Cake itu dimakan pelan-pelan, ilfil bow, jauh dari harapan. Akhirnya anak-anak yang ngabisin :D.
Kiraaaiiin....Breadtalk di dunia punya standart yang sama ato paling nggak mirip. Ada yang punya pengalaman lain? Di Breadtalk negara lain?
Postingan ini gak bermaksud mendeskreditkan gerai roti ternama Breadtalk. Cuman mau rumpi-rumpi dikit soal gerai roti ini *sama aja yak*.
Selama setahun di Kuwait, kami baru 2 kali belanja di Breadtalk. Sementara waktu di Jakarta, dalam sebulan saja kami bisa beberapa kali menyambangi toko roti ini. Kayaknya kalo lewat depan Breadtalk latah aja pengen mampir, walau cuman membeli barang 1-2 items. Seneng aja liat varian-variannya yang begitu banyak dengan rasa yang cukup menggoda.
Kebetulan dulu, Mamin pernah ada proyek kerjasama launching varian Breadtalk terbaru di Jakarta. Dari situ, akhirnya kami tahu bahwa masing-masing roti punya filosofi tersendiri. Sesuai dengan namanya Breadtalk, mereka memang ingin jualan bahwa roti itu bisa "berbicara" tentunya lewat rasa. Didukung dengan penamaan tiap roti yang cukup kreatif, bukan sekedar roti keju, roti coklat, dsb. Sampe-sampe waktu itu kita mikir, asik juga ya strategi marketingnya, kreatif. Brainstorming dan bedah idenya jadi enak banget, karena materinya fun. Jaman itu mana ada toko roti yang dagangan kayak gitu. Menurut kita sih mereka cukup inovatif. Gak heran dimana-mana terlihat antrian bak ular naga panjangnya.
Waktu pertama kali tau ada Breadtalk di Kuwait, kirain bisa mengobati kerinduan akan aneka rasa roti mereka. Bayangannya seperti Breadtalk Jakarta, dengan gerai minimalis, clean dan biasanya terletak di pusat perbelanjaan terkemuka. Begitu liat Breadtalk Kuwait, kok rasa-rasanya ilang feeling ya. Gerainya kecil, sepi, terkadang nyempil dan gak terletak di tempat-tempat strategis. Begitu disamperin, blllaaaaahhhh makin gak excited aja, varian rotinya dikit dan gak kreatif, lebih banyak jenis roti asin. Nama-namanya pun gak kreatif. Roti keju ya roti keju, roti coklat ya coklat, kalaupun ada modifikasi paling-paling jadi roti keju coriander. Kebanyakan memang disesuaikan/adaptasi makanan Arab. Padahal sih ya, kalo menurut gue nih, coba deh lebih kreatif jualan, karena gue tau orang-orang Arab ini termasuk sweet tooth doyan yang manis-manis. Yakin deh kalo pake strategi marketing kayak di Indonesia, gak bakal sesepi ini. Akhirnya memang jadi roti yang gak spesial, biassaaa banget bukan roti yang berbicara. Lucunya, roti-roti ini dipasarkan juga di beberapa supermarket kecil. Model Sari Roti gitulah! :D
Kemaren tuh iseng beli Breadtalk (sekalian ngecilin duit). Beli roti keju 2, chicken floss 1, croissant isi chicken 1 dan opera cake 1. Semuanya 5 items, total 1.8 KD atau setara hampir Rp 60.000,-. Rotinya sih emang gak expect banyak, makanya nyobain cake-nya. Pilihan jatuh pada Opera Cake.....kebayang kan yumm yumm yummm. Layer demi layer berlapis buttercream, ganache dan sirup kopi.
Makanya begitu sampe rumah, yang disikat duluan rotinya, cake-nya disayang-sayang ;). Besoknya, bangun tidur siang sama anak-anak langsung kebayang sore-sore nyemil Opera Cake pasti sedep bener. Sepotong dimakan rame-rame. Masuk mulut....haapp....lempeng....
Jadilah Opera Cake itu dimakan pelan-pelan, ilfil bow, jauh dari harapan. Akhirnya anak-anak yang ngabisin :D.
Kiraaaiiin....Breadtalk di dunia punya standart yang sama ato paling nggak mirip. Ada yang punya pengalaman lain? Di Breadtalk negara lain?
Subscribe to:
Posts (Atom)