Our previous journey: Kuwait

Sunday, July 22, 2007

Jajal Jalan-jalan Malam Pakai Bus

Photobucket - Video and Image Hosting
(click to enlarge the map)

Para bujangan Kuwait newcomer (Papin, Yoswar & Bayu) diajak Mas Sofyan & Mas Iyo ke City makan malam dengan menu Chinese/Filipino foods. Kali ini tidak naik taksi (karena maksimum penumpang sedan 5 orang termasuk taksi) tapi menggunakan transportasi bus. Lumayan buat uji coba ngrasain naik bus di Kuwait. Setelah jalan kaki ke halte, bus no 102 tiba dan kami berbondong naik dengan membeli karcis 150 fils (Rp 4000-an). Rute lengkap bus-bus Kuwait city bisa dilihat di sini.



Pemandangan & suasana City sedikit berbeda dengan pemandangan yang selama ini Papin lihat. Maklum rutenya kalau tidak hotel - kantor atau apartemen mas heru - kantor yang tidak pernah lepas dari jalan highway Kuwait. Suasananya seperti Blok M atau Pasar Baru. Penuh sesak, crowdy, banyak kios-kios barang murah, parkiran penuh, sedikit macet dan tentu saja banyak bus ngetem.


Turun dari bus, kami berjalan kaki di antara keramaian orang, mostly India & Filipina. Masuk ke gedung pertokoan suasananya seperti ITC Mangga Dua. Di dalam kami masuk ke restoran Filipina dengan menu Chinese food. Rasanya benar-benar mengingatkan masakan rumah, terutama sambal-nya. It's not that pricey. Satu jenis makanan antara 1 KD hingga 1,5 KD (Rp 30000 - an). Best of all, porsinya cukup dan sesuai porsi perut kami.


Setelah kenyang dan membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari, kami pulang kembali naik bus. Kali ini bus cukup penuh sesak dan beberapa kali berhenti untuk ngetem mencari penumpang. Hanya saja, penumpangnya pria semua. Maklum, jam sudah menunjukkan pukul 10:30 malam :D



For more about Kuwait City bus route click here (Flash .swf formatted)

Friday, July 20, 2007

Jomblo Malam Jum'at



Besok libur!! Jihaaa....!! Setelah keluyuran ke Avenue Mall, 4 hobbit pulang ke rumah Eman dan ngerumpul di kamar keponakan Eman, Gaga. Gitar-gitaran, nonton DVD, internet-an berempat. Sudah kaya anak kuliahan nginep di kamar kos-kosan.



Sesaat kemudian, 4 hobbit ini bercengkerama via Yahoo Messenger dan webcam dengan teman-teman yang pernah satu kantor di RCTI dulu dan yang masih di RCTI. Ada juga Anton Fatoni eks karyawan kontrak Promo. Kemudian Ayu, yang sudah keluar dari RCTI (sekarang sedang kuliah di London) jadi sasaran becandaan jomblo-jomblo ini. Sempat balas-balasan email dengan Rahmat yang sedang disiksa project besar HUT RCTI.



Lucu, walau kita sudah tidak satu atap, kita masih bisa saling bercanda seperti layaknya dulu. Gersangnya Kuwait jadi tidak terlalu menyiksa 4 hobbit ini, terbayang suasana kehangatan Kebon Jeruk masih lamat-lamat di depan mata.


Wednesday, July 18, 2007

Tariq the Taxi Driver



Jalan kemana-mana, kami berharap banyak dengan taksi langganan keluarga Eman. Ada 2 yang biasa digunakan, salah satunya Tariq (ralat : sebelumnya salah sebut Tarekh), si supir taksi dari Pakistan. Di sini semua taksi menggunakan argo kuda, tapi dengan Tariq kita bisa melakukan perjalanan dengan tarif yang masih masuk akal dan tidak ada resiko dikibulin. Setiap saat Tariq bisa dihubungi di telepon genggamnya, bahkan disuruh beli makanan pun Tariq tidak keberatan.

Tariq meninggalkan Pakistan tahun 1979 dan bekerja sebagai Electrical Supervisor di Kuwait selama hampir 26 tahun. Karena alasan kelelahan (mesti naik-naik ke menara dengan cuaca panas nan buas) akhirnya memilih jadi supir taksi sampai sekarang. Setiap bulan Agustus pulang liburan ke Pakistan, menjenguk anak-anak dan cucunya. Bahkan salah satu putrinya sekarang sudah menikah dengan pria Italia dan berumah tangga di sana.

Tariq juga sering membantu saat kami membutuhkan informasi-informasi seputar Kuwait. Bahkan kadang-kadang sering berperan sebagai perantara saat kami harus berkomunikasi dengan Kuwaiti yang tidak bisa berbahasa Inggris. Tariq rocks!

Monday, July 16, 2007

4 Hobbits are in Kuwait



Akhirnya, Bayu dan Yoswar tiba juga di negeri berwarna coklat ini untuk bergabung dengan Papin dan Eman bekerja di Alwatan TV. Malam ini kita temu kangen nginep bareng di hotel. Kebetulan kamar hotel yang ditempati 2 hobbit ini lebih luas dibanding kamar Papin.



Mentang-mentang satu kampung ngumpul, sajian utamanya mie instant pakai air panas. Dan aktivitas selain ngobrol ngerumpi juga berinternet menggunakan wifi router punya Eman. Maklum, Papin, Bayu & Yoswar harus selalu update dengan mereka yang ditinggalkan di tanah air dengan chatting, email & blog.

So now, we are the hobbit in the desert of Middle Earth ... um.. maksudnya Middle East.

Lunch Time : Porsi Kuli


Sekali lagi, makan siang di Avenue Mall. Berempat bareng Eman, Sami si Lebanon & Mohammad si Mesir. Bingung makan di mana akhirnya memilih TG Friday. Dari harganya sebenarnya sudah terbayang pasti mahal pisan. Benar saja, rada ketar-ketir setelah lihat menu, harganya bisa berkepala 3 KD sampai dengan 6 KD. Untungnya ada yang 1.950 KD. Lumayan lah. Minumnya sendiri juice buah seharga 1.500 KD.


Saat makanan tiba, kami berempat sontak tertawa karena melihat porsinya yang luar biasa besar. Eman sempat panik melihat hamburger-nya berdiri tegak setinggi mukanya sendiri, tediri dari 2 roti, 1 daging tebal dan 4 onion ring tebal.

Papin sendiri pesan daging barbeque dengan salad. Porsi dagingnya sendiri tidak terlalu besar, tapi saladnya mbleber seantero piring. Untungnya Papin masih bisa menghabiskan, walau juicenya juga porsi raksasa, disajikan dengan gelas sebesar mangkok.




Tampaknya memang mesti banyak-banyak belajar memahami bagaimana makan yang tepat & murah di Kuwait. Kenyang tapi tidak terlalu mahal dan tidak terlalu besar. Daripada mahal tapi banyak tersisa tidak termakan.

Sunday, July 15, 2007

Lunch Time : Noodle Factory



Mohammad the Egyptian tiba-tiba datang ke ruangan kerja Papin dan Eman, mengajak makan siang dan dia ingin makanan yang noodle dan pedas-pedas. Berangkatlah kami ke Avenue Mall dan memilih restoran Noodle Factory. Wow! Indonesian food! Bakmi goreng! Nasi goreng! Waahhhh... jadi bikin pengen pulang.

Dan ternyata pelayannya banyak dari Indonesia, salah satuya Didi yang tinggal di wilayah Kampung Utan, Ciputat. Beliau tampak ramah ngobrol singkat dengan kami berdua (Mohammad asik 'ngeceng').

Harganya sendiri 'tidak-terlalu-mahal' untuk ukuran Kuwait. Bakmi yang Papin pesan seharga 2.5 KD (Rp 70.000-an) dengan teh jasmine 1 KD. Eman pesan Nasi Goreng dengan harga yang sama dengan Bakmi Goreng. Rasanya sendiri cukup mendekati saat kita membeli mie goreng gerobak dok-dok. Bedanya hanya lebih manis sedikit ;D

Berikut detail bon pesanan kami :
1 Water Large 1.000
1 Pepsi 0.750
1 Jasmine Tea 1.000
1 Bakmi Goreng 2.500
1 Malay Chow (sejenis Kwe Tiauw) 2.900
1 Nasi Goreng 2.500
1 Szech Beef (sejenis sapi lada hitam?) 2.950
1 Veg Rice 0.900

Dengan total 15.000 KD (setara Rp 450.000!!) harga ini jelas terlalu mahal jika dibandingkan di Indonesia, tapi buat di Kuwait bagi kami harga ini adalah harga kangen makanan khas Indonesia. Walau begitu, kami tetap berharap bisa menemukan tempat lain yang jauh lebih murah demi mengobati lidah kami untuk merasakan santapan khas rumah.

Monday, July 09, 2007

Nggak Pusing Komunikasi Jarak Jauh



Sebelum Papin berangkat, kami sudah bersiap diri dengan alternatif komunikasi yang bisa membunuh rasa kangen kami. Pilihannya berupa telepon sambungan langsung internasional (SLI), sms, e-mail dan chatting. Option pertama tidak berhasil merebut hati kami, image sambungan internasional mahal kok kuat banget menempel di benak kami. Telpon-telponan pake SLI rasanya kayak dikejer-kejer argo :) dan dibatasi waktu. Pilihan kedua, sms masih bolehlah, tapi tetep aja terbatas kan? Gak bisa ngobrol ngalor-ngidul panjang lebar. E-mail, so pasti dong dipilih, bisa cerita panjang lebar dan bisa langsung bales-balesan pula. Lewat chatting lebih seru lagi, saat itu juga langsung bisa ke bales kalo pas lagi sama-sama online, apalagi kalo dilengkapi dengan webcam, bisa saling tatap muka.

Ada lagi nih alternatif lain yang bikin kami girang. Secara gak sengaja, pas lagi jalan-jalan ke Rumah Matahari Bintaro Plaza, Papin menemukan Skype USB VOIP Phone buatan Taiwan (telpon "skype-skype-an" nih, detilnya baca aja di pinotmac). Kebetulan kita nemu Skype USB VOIP Phone ini dengan harga lumayan murah, lagi diskon pula! Langsung aja disamber. Kalo telpon Skype asli mah bisa seharga 400 ribuan.





Nah, dengan telpon ini kami bisa asik-asik telpon-telponan tanpa terbebani biaya SLI dan sejenisnya. Gratisan pula, hanya perlu koneksi ke internet dan punya account Skype

Buat nelpon ke telpon biasa atau handphone juga bisa, tapi kalo yang ini kita harus beli credit sebesar minimal 10 US Dollar untuk penggunaan selama 7 jam....lumayanlah.

Balik lagi ke telpon Skype, dengan kelengkapan webcam di masing-masing komputer, kita juga bisa saling melihat lawan bicara, asik kan! Sambil nelpon bisa liat-liatan antara Papin yang nun jauh di seberang dunia dengan Mamin, Arwen dan Leia. Sayang koneksi internet Mamin di Indonesia rada bapuk jadi sering gak sukses kalo mau video call, sementara kita bisa memandangi wajah Papin dengan lancar-lancar aja.

Photobucket - Video and Image Hosting
Papin, Mamin & Arwen chatting dengan Yahoo Messenger

Melakukan video call inilah yang paling sering kami lakukan. Biaya yang dibayarkan hanya biaya internet aja, gak perlu keluar biaya telpon :).

Hari gini masih bingung komunikasi jarak jauh? Gak lah ya! Asal punya koneksi internet memadai dan modal USB VOIP Phone model Skype gini, bisa jadi solusi mengobati rasa kangen dengan orang-orang tersayang yang terpisah jarak.

Avenue Mall

Photobucket - Video and Image Hosting
(click to enlarge the map)





Setelah ngelembur tadi malam, Papin & Eman kesiangan berangkat pas jam makan siang dan belum sempat mengisi perut. Karena lapar, akhirnya kami didrop oleh Tarekh di Avenue Mall yang kebetulan satu arah perjalanan ke kantor. Eman sekalian mau beli lampu di IKEA buat ruangan kami. Papin demen banget, karena akhirnya ke IKEA! Maklum, seumur hidup baru sekali ke IKEA di Singapura. Dan katanya yang di Avenue Mall ini gede pisan. Mallnya sendiri cukup besar. Hampir seperti Senayan City tapi melebar ke samping. Papin takjub, ada mall seperti ini 'di tengah' gurun. Sayang larangan menggunakan kamera di tempat ini sangat ketat. Jadi mesti sembunyi-sembunyi untuk membuat dokumentasi. Apalagi Mamin di Indonesia minta titip laporan pandangan mata tentang IKEA di mall ini.



Update :
There are lots of photos about Avenue in Flickr :
http://www.flickr.com/search/

Sunday, July 08, 2007

Reckless Driver

Di Kuwait, pengendara mobil terlihat selalu memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Walau rambu-rambu seperti "Speed Leads to Prison or Death" menghiasi pinggiran jalan highway, tetap saja pedal gas selalu diinjak dalam-dalam. Beberapa kali Papin melihat mobil teronggok ditinggalkan pemiliknya di pinggiran highway dengan kondisi penyok karena kecelakaan atau tabrakan dengan mobil lain. Dari sedan Jepang seperti Toyota hingga sedan mewah seperti Jaguar atau Mercedes.

Saling memaki dan mengomel sudah menjadi santapan Papin saat naik taksi. Baru-bari ini Papin menyaksikan sopir taksi langganan Eman bernama Tarekh dari Pakistan bersitegang dengan pengendara lain gara-gara pindah jalur nyaris terserempet. Tampaknya memang tidak berbeda jauh dengan karakter pengendara ugal-ugalan di Jakarta, terutama angkutan umum. Bedanya hanya, saat bersitegang, satu sama lain menggunakan bahasa asal negaranya. Jadinya teu nyambung, cuma bentak-bentakan tanpa makna.

Friday, July 06, 2007

Malam Jum'at Malam Gaul

Photobucket - Video and Image Hosting
(click to enlarge the map)


Kuwait yang saat siang terlihat lengang, pada saat malam Jum'at (besok hari libur) jadi malam gaul. Semua tumplek plek ke jalan. Dari yang muda sampai tua. Kalau perlu semalaman penuh bersuka ria. Yang ngeceng, yang dikeceng, yang main-main dengan keluarga, yang kebut-kebutan, yang trek-trekan (sepeda motornya bukan bebek kayak di Indonesia, tapi motor balap gede!). Kami berjalan-jalan ke Marina, nongkrong-nongkrong melihat suasana.



Andai Papin bisa mengambl foto lebih banyak, mungkin bisa terbayang seperti apa. Sayang, baru coba-coba ambil foto disamperin security setempat sambil berkata-kata "Delete delete! No photography!" Jadi saja mesti kucing-kucingan dan ngumpet-ngumpet. Padahal daerah sini bisa dianggap sebagai tempat wisata. Mungkin karena penampilan kita dianggap mencurigakan. Yha begitulah kalau sudah paranoid, mau melamun saja bisa disamperin security.

Jalan-jalan Sore

Photobucket - Video and Image Hosting
(click to enlarge the map)


Ini suasana sore hari jam 7:00 di Hawali saat Papin & Eman ke toko buku Jarir.

Pulang Lembur




Belum apa-apa sudah merasakan lembur di kantor. Sebenarnya yang lembur si Eman, tapi Papin mending nemenin daripada ngejogrok di hotel. Hitung-hitung sekalian adaptasi jam lembur ala Kuwait. Pulang dianterin Sami the Lebanese, jam menunjukkan 4:30 tapi langit sudah terang benderang. Buset, pendek banget umur malam di bulan Juli ini di Kuwait.




Thursday, July 05, 2007

Lunch Time



Diajak makan siang, kok yha lagi-lagi McDonald. Berhubung lapar, yha udah berangkatlah kita. Pas tiba di lokasi, ternyata di sebelahnya ada tempat makan cepat saji lain bernama Naif Chicken. Berhubung Papin yang disuruh decide, maka belok lah kita ke situ. Harga paketnya antara 1,5 - 2,5 KD (atau setara Rp 30.000 - 60.000). Ternyata terhitung mahal buat dompet rupiah, tapi porsinya gede pisan, cocok buat dimakan berdua sesama perut melayu. Kasirnya orang Filipina yang sudah lama menetap di Kuwait. Sambutannya cukup ramah ala Asia :D



Di video bisa dilihat situasi Kuwait at lunch time dan pemandangan kantor Papin dan Eman yang terletak di daerah perumahan.

Reaksi Kangen Papin


Terkadang lucu kalo melihat reaksi polos anak-anak yang kangen sama orang terdekatnya. Seperti halnya Arwen yang kayaknya udah mulai "nyadar" akan ketidakberadaan Papin.

Tiba-tiba aja Arwen minta dibikinin kumis, katanya "Iya!! Kayak Papin!!! Kayak Papin nih!" *dengan girang minta diambilin kaca*. Kangen kali yah. Tapi yang bingung Mamin, lah loh emang Papin kumisan??...wakakakakk...maksudnya Arwen sih kayak Papin kalo blun cukur.

Hari-hari Kangen Papin



Sementara Papin lagi beradaptasi dengan browny and grey city, Kuwait, Mamin, Arwen dan Leia lagi bluey, lagi kangen-kangennya sama Papin....huhuhuhu....

Yang biasanya ke sana ke mari bareng, tiba-tiba ada yang kurang satu, aneh rasanya. Mudah-mudahan gak usah nunggu lama, kita bisa bareng-bareng lagi yah.

Si Arwen kalo ditanya Papin di mana? Gak pernah mau bilang di Kuwait, pasti bilangnya "di bandara!" Leia 2 hari pertama ditinggal Papin, bolak balik bangun di malam hari.

Malam minggu bakal jadi malam panjang nih, soalnya kita berempat biasa hang out bareng di akhir pekan.

Tapi kesedihan kami gak berlarut-larut kok, karena di "depan" sana Papin sudah siap menyambut kami dan kita bakal bareng-bareng lagi. Udah gitu masih ada Ti Tati, Kong Sony, Eyang Uti, Eyang Kangkung, Om-om dan Tante-tante juga keponakan yang bisa membuat hari-hari kami ceria. Sejak Papin hijrah, Mamin, Arwen dan Leia juga memutuskan hijrah ke tempat mama di Pondok Gede, meninggalkan rumah penuh kenangan di Bintaro. Habis gak enak juga kan tinggal bertiga doang sendirian, gak ada orang laki di rumah dan terasa sepinya.

Papin, Je t'aime beaucoup...take care yah di sana, jangan makan McD terus...kekekek. Arwen makin bawel nih, Leia udah mule berdiri sendiri. Miss ya!!

Marina Mall

Hari kedua di Kuwait dijemput Eman dan Mas Heru (yang lagi-lagi ketinggalan flight untuk liburan ke Eropa) dari hotel untuk ke kantor Al-Watan. Tapi sebelumnya mau daftar Wataniya, sebuah provider untuk telepon selular yang juga menyediakan jasa wireless internet (dengan modem HSDPA). Kita ke Marina Mall karena dapat informasi ada counternya di sana. Mall-nya sendiri cukup modern. Orang dari berbagai culture dan bangsa tumplek di situ. Termasuk petugas counter Wataniya-nya yang berasal dari Filipina.




Isi mallnya standar seperti mall-mall lainnya di dunia seperti StarBucks, Body Shop, Athelete's Foot, Apple Shop. Wait, Apple Shop? Yap, sebuah toko barang-barang Apple dengan harga yang lebih mahal dibanding dengan Indonesia. Lihat info lengkapnya di blog Mac Papin.




Banyak terdapat larangan tanda merokok di sana sini. Tapi di tengah-tengah Mall ada cafe (termasuk Star Bucks) tempat di mana orang-orang bisa bebas merokok. Nursery room ada dibeberapa pojokan. Tempat shalat dipisahkan 2 area berbeda untuk pria & wanita. Selain itu tidak ada yang istimewa.

Tuesday, July 03, 2007

Brown & Grey Country

Tiba di Kuwait, disambut Eman dan our new boss, Bader. Riding Bader's Prado, pemandangan Kuwait didominasi oleh warna coklat & abu-abu. Sedikit hijau pohon dan tanaman di sana sini tapi hanya sekedar aksen. Suhu sedang panas-panasnya, sekitar 45 derajat celcius.



Situasi lalu lintas cukup lengang karena jalanan cukup lebar. Dan tampaknya memang semua orang mengendarai kendaraannya dengan kecepatan cukup tinggi - termasuk Bader - sampai pemerintah harus membuat billboard besar dengan kalimat "Speed Leads to Death".

Dubai Airport 2


Terhampar lama di Dubai Airport, ternyata tidak sesuntuk yang diduga. Karena memang seperti pertokoan atau mall, jadi bisa cuci mata dan window shopping. Tapi amit-amit kalo beli apa-apa di sini, semuanya pricey. Tapi lihat saja hadiahnya, ngga tanggung-tanggung kalau belanja di sini bisa dapat Harley Davidson atau Porsche.


Untuk fasilitas merokok juga tersedia ada beberapa counter yang dilengkapi exhaust. Hanya saja, semua pada untel-untelan dalam satu tempat sempit. Kayak orang-orang lagi MCK tapi isinya asap.

Dubai Airport 1




Akhirnya Papin sampai di Dubai jam 9 atau 5:30 pagi waktu setempat. Berarti total perjalanan sudah 10 jam lebih setelah sebelumnya transit 15 menit di Singapura. Bandaranya saja cukup huge dan lots of facilities, termasuk wi-fi dan smoking room (HA! Buat yang berangkat dari Jakarta 10 jam, balas dendam bisa dilakukan di sini). Suasana interiornya kurang lebih mirip Pondok Indah Mall 2. Hanya saja di bandara ini isinya orang dari berbagai bangsa dan ras, dan rata-rata berwajah letih. Papin baru saja lihat seseorang ayah yang menggendong anaknya kesana kemari, menjaga agar buah hatinya tidak rewel karena menunggu jadwal pemberangkatan.



Papin sendiri harus 'menetap' di sini selama kurang lebih 9 jam untuk penerbangan berikutnya ke Kuwait. Thanks for the MacBook membuat suasana jadi nggak boring-boring amat :D Walau Papin harus ngejogrok di lantai (mengikuti laptop-ers) lain yang tidak kebagian tempat duduk dan menyender dekat wall electricity outlet.

Tampaknya dalam 9 jam ini Papin harus explorasi lebih detail terutama yang menyangkut fasilitas untuk anak-anak, mengingat Mamin, Arwen dan Leia akan menyusul dalam beberapa bulan ke depan. Nursery room, tempat bermain dan lainnya yang menjaga agar Arwen dan Leia 'betah' di bandara ini.



http://www.dubaiairport.com/

Monday, July 02, 2007

The Journey is about to Begin


Diiringi keluarga di bandara akhirnya Papin berangkat duluan ke Kuwait. This is it! Saatnya berpisah sejenak dengan mereka, terutama Mamin, Arwen dan Leia. Miss them already! Sayang kamera Papin ngga sempat mengabadikan secara lengkap anggota keluarganya, maklum lagi tegang dan cemas buat proses check in. Mungkin Mamin mau nambahin fotonya?

Thursday, February 08, 2007

Situasi Banjir Februari 2007

1 Februari 2007




2 Februari 2007 - 12:30




2 Februari 2007 - 10:00




4 Februari 2007
Sekitar Tanah Kusir, Jalan Deplu Raya & Haji Muhi.



Jalan Kemang Raya



Jalan Rasuna Said




6 Februari 2007
Ciledug Raya



Pos Pengumban




UPDATE:
2 hari kemudian dapat email dari CNN yang mau pinjam footage videonya. Ternyata mereka membuka pintu untuk video-video amatir di YouTube sebagai source berita. Tentu saja dengan credit ke account YouTube kami.