Our previous journey: Kuwait
Showing posts with label Taxi. Show all posts
Showing posts with label Taxi. Show all posts

Thursday, July 02, 2015

Supir Uber



Temen kantor manggil Uber buat berangkat ke lokasi syuting. Pas naik, cek namanya kok Semangat Tarigan. Iseng nanya, ternyata asal Medan. Sebagai pendatang baru di kota ini, nemu beginian bikin excited. Dan baru sekali ini Papin bisa ngobrol ngalor ngidul sama orang lain dengan bahasa Indonesia di antara temen-temen kantor yang ngga paham ngomong apaan. Berasa di negeri sendiri :)

Wednesday, July 09, 2008

Setahun Lewat : Transportasi

Ini adalah seri 'laporan khusus' setahun kami menginjakkan kaki di bumi Kuwait, dalam rangka mengenang, merenung dan mensyukuri apa yang sudah diberikan oleh-Nya kepada kami selama kami di sini.

by : Pinot

Jangan berharap banyak dengan sarana transportasi publik di negeri ini. Dengan pendapatan tinggi, bisa beli/sewa mobil dan bahan bakar murah, membuat minat masyarakatnya minim terhadap transportasi publik. Dan akibatnya ketersediaan sarana ini sangat kurang. Belum lagi saat musim panas sekarang, rata-rata pada ogah jalan kaki ke halte (yang cukup jauh di jalan besar dan dengan kondisi halte ala kadarnya) dan rutenya cenderung panjang karena harus ke kota dulu sebagai pusat transit/terminal. Apalagi kantor kami cukup jauh dari apartemen. Selama kami di sini, hanya beberapa kali naik bus. Itu pun malam hari dan winter, kalo siang saat summer gini mending ngadem kalleeeee???


Beberapa cuplikan profil taxi dan supirnya (click to enlarge)

Akhirnya transportasi terpaksa bergantung dengan taxi atau mobil omprengan. Jumlahnya cukup banyak dan mahal, apalagi rata-rata supir taxi di sini pakai argo kuda :P Jarak dekat minimal 1 KD (Rp 30.000). Kami menghabiskan 3 KD (Rp 90.000) sehari atau 3,5 KD (Rp 75.000) dengan taxi langganan. Yang bikin capek nawarnya itu, yang numpang ngga bisa bahasa Arab supir taxinya ngga bisa bahasa Inggris. Klop!


Pak Fulail, item sangar gede tapi demen anak kecil (lagi mbekep Arwen)

Kami punya taxi langganan bernama Fulail dari Srilanka dan teman-temannya (yang juga dari Srilanka). Dia ini mantan inspektur polisi di Srilanka. Menurut kisah, dia dan keluarganya terancam jiwanya karena menjadi sasaran pemberontak Macan Tamil dan ngungsi ke Timur Tengah, menetap di Kuwait sampai sekarang. Karena berangkat dari golongan masyarakat kelas menengah dan terdidik, dia sangat sopan dan hangat kepada kami dan kami pun cukup aman nyaman bersamanya. Mamin, Arwen dan Leia -- hanya bertiga tanpa Papin -- beberapa kali menjadi penumpang Fulail dan kawan-kawan.

Sayang, jika ada Mass Rapid Trans seperti Singapura -- yang menjangkau hampir semua area -- pasti jadi pilihan utama untuk kemana-mana. Seorang rekan kerja Kuwaiti bercerita bahwa 10 tahun lalu sempat ada wacana pembuatan subway dan menjangkau semua lokasi, bahkan sempat dianggarkan di tahun-tahun berikutnya. Namun setelah sekian lama tidak ada kabar dan tidak diketahui rimbanya kemana anggaran tersebut. Kami berkata padanya, mungkin anggaran tersebut masih ada dan diinvestasikan di Indonesia untuk membangun proyek infrastruktur dan ...ehm.. sarana transportasi :D

Untuk saat ini, ngga apa-apa deh bergantung dengan taxi langganan, yang penting tinggal duduk manis sampai tujuan.

More stories about transportation

Related stories :
- Taxi Omprengan Bonus Hair Dryer
- Omprengan Arab
- Si Abah
- Taxi nge-Bronx
- Supir Taxi beristrikan Orang Indonesia
- Jalan-jalan Pakai Bus
- Tareq the Pakistani

Thursday, August 30, 2007

Identity Crisis



Ngga cuma di Indonesia, pengusaha-pengusaha Kuwait juga sering melakukan pencurian identitas atau logo dari institusi lain. Contohnya seperti restoran Batrix ini. Tidak usah disebutkan mencuri logo dari mana, anda sudah bisa menebak. Sama-sama menjual junk food dan kadang restorannya sendiri berdamping-dampingan mesra dengan rivalnya. Sebenarnya rasa yang ditawarkan cukup enak dan mengenyangkan, cuma kok yha kayaknya ngga percaya diri gitu mesti nyolong logo.

Ngomong-ngomong krisis identitas dan ngga percaya diri, tadi ada taksi dengan logo Superman dan text besar dibawahnya "Taxi Super Man" di pintunya. Cuma kok ya, rasanya jadi malas nyegat taksi ini. Takut dibawa terbang. Maklum sifat pengemudi di sini rada sableng.


It's a bird! It's a plane! No, it's a cab!

Wednesday, July 18, 2007

Tariq the Taxi Driver



Jalan kemana-mana, kami berharap banyak dengan taksi langganan keluarga Eman. Ada 2 yang biasa digunakan, salah satunya Tariq (ralat : sebelumnya salah sebut Tarekh), si supir taksi dari Pakistan. Di sini semua taksi menggunakan argo kuda, tapi dengan Tariq kita bisa melakukan perjalanan dengan tarif yang masih masuk akal dan tidak ada resiko dikibulin. Setiap saat Tariq bisa dihubungi di telepon genggamnya, bahkan disuruh beli makanan pun Tariq tidak keberatan.

Tariq meninggalkan Pakistan tahun 1979 dan bekerja sebagai Electrical Supervisor di Kuwait selama hampir 26 tahun. Karena alasan kelelahan (mesti naik-naik ke menara dengan cuaca panas nan buas) akhirnya memilih jadi supir taksi sampai sekarang. Setiap bulan Agustus pulang liburan ke Pakistan, menjenguk anak-anak dan cucunya. Bahkan salah satu putrinya sekarang sudah menikah dengan pria Italia dan berumah tangga di sana.

Tariq juga sering membantu saat kami membutuhkan informasi-informasi seputar Kuwait. Bahkan kadang-kadang sering berperan sebagai perantara saat kami harus berkomunikasi dengan Kuwaiti yang tidak bisa berbahasa Inggris. Tariq rocks!