Pengalaman baru bagi kami, untuk pertama kalinya berlebaran di negeri orang. Jujur, tidak ada yang spesial di hari-hari mendekati Idul Fitri. Selain suasana di Kuwait sendiri yang cenderung 'adem ayem', kami juga tetap bekerja seperti biasa sampai menjelang lebaran.
Lembur ngga tidur menyiapkan pesanan kue lebaran
Suasana agak berbeda justru ada di rumah mas Heru. Luni, sepupu Eman 'mudik' ke Kuwait dan berkumpul bersama, demikian juga keluarga Mas Iyo. Mba Ida juga ngelembur kebanjiran order membuat kue lebaran dan lontong (pengganti ketupat) untuk teman-teman Indonesia di Kuwait.
Kemacetan di 5th ring road saat malam takbiran
Tidak ada gema takbiran di malam menjelang lebaran. Kami tetap berkutat dengan pekerjaan hingga pagi dan berangkat grudak gruduk ke KBRI untuk shalat Eid (lihat video). Bahkan setelah shalat pun, Yoswar dan Eman terpaksa harus balik kantor karena pekerjaan harus selesai hari itu juga. "Bos lu PKI tuh, lebaran-lebaran gini tetep masuk dan gak shalat," canda salah satu teman di KBRI. Memang benar, saat berangkat paginya, hanya kami berempat yang sibuk bersiap shalat Eid. Orang-orang Arab di kantor justru tetap tinggal meneruskan pekerjaan. Saat kami bertanya kepada salah satu rekan Arab tentang kepastian jam untuk shalat Eid, tidak ada yang bisa menjawab. Tampaknya memang mereka sudah bertahun-tahun tidak shalat Eid :P
Buru-buru berangkat ke KBRI untuk shalat Eid. Ganti baju pun cukup di dalam taxi.
Ngantuk tak tertahankan saat khotbah shalat Eid
Garing pisan. Untungnya, di rumah mas Heru kehangatan lebaran bisa terasa. Selain opor ayam dan lontong, berkumpulnya teman-teman di sana cukup menggantikan suasana silaturahmi seperti layaknya berlebaran di rumah sana.
Minal aidin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan bathin.
No comments:
Post a Comment