Our previous journey: Kuwait

Saturday, October 06, 2007

Kuwait (Traffic) Jam Session

3 bulan lalu, saat Papin pertama kalinya menginjakkan kaki di tanah pasir negeri ini (dijemput Eman dan bos Bader), komentarnya begini : "Negeri ini didominasi warna coklat dan lalu lintas dimana-mana lengang tidak ada kemacetan." (Brown & Grey Country).
Tunggu saat semua pulang liburan summer, kata Bader.

Sekarang saatnya! Jalan selebar lapangan bola dipenuhi lautan kendaraan dan macet di mana-mana. Bagaimana tidak, setiap Kuwaiti punya mobil minimal satu (mungkin dua atau tiga). Diperparah tidak ada alternatif public transportation selain bus dan taxi (yang bareng-bareng makan tempat di jalanan). Semacet-macetnya Jabotabek, masih ada busway, kereta api dan (nantinya) monorail. Sehingga orang tidak melulu berjejal menggunakan kendaraan pribadi.


Sejauh mata memandang, antrian panjang di ruas jalan nomor 60 (?) menuju 5th ring road highway

"This is stupid. People can get car easily. Very cheap to buy and easy to rent for any kind of cars," keluh Sami saat mengantarkan kami jam 9 pagi.

No comments: