Our previous journey: Kuwait

Wednesday, October 31, 2007

Pergaulan iPhone

Perlu diakui, kegilaan dan demam iPhone di kantor masih terasa hingga kini. Dari kalangan sheikh dan keluarganya, hingga rekan kerja terdekat. Beberapa diantaranya sudah membeli namun belum unlocked. Maklum, perilaku hedonisme di negeri ini cukup kental dirasakan. Bisa berguna terpakai atau tidak, itu urusan belakangan (ada cerita seorang ayah membelikan hadiah ulang tahun sebuah Lamborghini Murcielago kepada anaknya yang belum bisa mengemudikan mobil *gubrak!*).

Setelah Papin dan Eman berhasil utak-atik sendiri untuk membuka gembok iPhone, rupanya kabar cepat tersebar. "There are two genius guys from Indonesia. They can unlock the iPhone! Maybe they are a hacker or something" Genius? Hacker? Halah!!! Lha wong kita cuma mengikuti prosedur yang terdapat di internet kok. Kita bukan si George Hortz (remaja New Jersey yang pertama kali unlock iPhone). Kita cuma sekedar niat dan nekat. Dalam tempo singkat, orang-orang berdatangan ke ruangan kami untuk menanyakan jasa buka gembok iPhone, dari rekan kerja terdekat hingga orang yang tidak kita kenal sebelumnya. Atau bahkan hanya karena mereka melihat iPhone tergeletak di meja kami, langsung berniat membeli iPhone dan meminta kami untuk dibukakan gemboknya.

Hikmah dari situasi ini, kami bisa berkenalan dengan banyak orang, terutama dari divisi atau departemen yang berbeda. Bahkan beberapa orang yang kami anggap 'menjaga jarak' alias berkesan tinggi hati (kami bisa menilai dari cara bicara dan gesture mereka), kini ber-akrab ria demi iPhone. Jika yang dulu hanya sekedar senyum saat berpapasan, kini bisa memanggil nama dan tahu bahwa kami dari Indonesia :D

Kami tidak menerima sepeser dinar pun dari jasa buka gembok ini. Bisa 'dianggap lebih' oleh mereka saja sudah memberi banyak hal bagi kami. Dan semoga pergaulan bisa dibina terus walau sudah ngga ada urusan dengan iPhone.


Sang Manager, dulu acuh kini butuh

2 comments:

Anonymous said...

ganyang kuwaiti!....

hihihi...
bagus mas, biar mereka tahu, indonesia itu bukan pembantu!

harusnya, minta jatah dinar mas, mereka kan banyak duit. kalo gag mau terima dinarnya, kasih ke aku aja deeeh. ato, buat makan2 bareng...

kalo ditanya duit dari mana, hasil menjarah dari kuwaiti.. :P

Pinot W. Ichwandardi said...

Jatah dinar biar dihitung sama Yang di Atas aja deh :D
Lagipula kalo dibisneskan nanti malah repot, lha wong amatiran sekedar pengen noprek doang kok