Showing posts with label Cooking Adventure. Show all posts
Showing posts with label Cooking Adventure. Show all posts
Saturday, February 14, 2009
Tuesday, June 24, 2008
Graphic Designer can Cook
by : Pinot & Dita
Ketrampilan memasak kayaknya adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki jika tinggal di negeri orang. Gak ada si mbok ato jajanan kaki lima yang dapat diandalkan untuk menyediakan sajian pengisi perut. Sesekali mungkin bisa aja makan di luar. Tapi kalo tiap hari makan/jajan di luar, yaaaaa bisa jebol dong kantong ini. Belum lagi urusan selera yang seringnya gak kompatibel sama lidah Asia ;). Seperti juga mungkin teman-teman perantauan yang lain, sering putus asa bingung mau makan apa, akhirnya makanan instan model indomie dijadikan penyelamat usus dari cacing-cacing kelaparan :D. Tapi gak mungkin kan makan indomie tiap hari, gak mungkin juga cuman ceplok telor terus menerus. Akhirnya ya mau gak mau, 'dipaksa' juga masuk dapur
Untuk Papin dan Bayu -- yang keluarga sudah bergabung di Kuwait -- istri tercinta adalah savior (wooiii Papin dan Bayu curang!!). Hampir setiap hari, bekal masakan Mamin selalu menemani saat bekerja. Kebutuhan makan sesuai selera bisa dikatakan terpenuhi. Dan tentu saja menghemat pengeluaran. Lain halnya dengan Aji, Daud dan Yoswar. Tidak ada yang bisa diandalkan untuk memasak di dapur. Dulu pada saat kami masih tinggal bareng-bareng dalam satu apartemen, urusan makanan masih bisa terbantu dengan masakan Mamin. Tiap hari Mamin, seperti layaknya pengusaha catering (soalnya yang dimasak dalam porsi gede :D), menyiapkan makanan dan bekal untuk penduduk apartemen. Nah, sekarang masalahnya Mamin udah pensiun ngempanin anak orang (baca : ngasih makan anak orang). Sejak kami berpisah dan pindah ke apartemen masing-masing, Mamin tidak lagi menyiapkan makanan untuk teman-teman. Dan akhirnya, mau gak mau mereka harus memasak sendiri!
Mereka-mereka ini yang biasa berurusan dengan spesifikasi komputer (Macintosh), software Adobe AfterEffect, plug-in Trapcode 3D stroke, Wacom tablet, harddisk FireWire, QuickTime movie dan seabreg urusan kerjaan grafis, kini mencoba untuk terjun ke kancah dapur -- dunia yang berbeda dengan dunia kerja sehari-hari.
Simak deh video ini, bagaimana mereka mencoba terjun ke dalam dunia persilatan cooking dan saat-saat nongkrong diisi dengan obrolan seputar resep, bumbu dan hardware dapur. Serta Aji yang masak cah kangkung dengan lihainya dan tentu saja hasilnya layak dimakan...rr.. ng.. lebih tepat : cukup enak dan sedap!
Btw... pernah tahu ada quote "Most famous chef are men". Bukan ngga mungkin mereka jadi famous chef suatu saat nanti :D
Ketrampilan memasak kayaknya adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki jika tinggal di negeri orang. Gak ada si mbok ato jajanan kaki lima yang dapat diandalkan untuk menyediakan sajian pengisi perut. Sesekali mungkin bisa aja makan di luar. Tapi kalo tiap hari makan/jajan di luar, yaaaaa bisa jebol dong kantong ini. Belum lagi urusan selera yang seringnya gak kompatibel sama lidah Asia ;). Seperti juga mungkin teman-teman perantauan yang lain, sering putus asa bingung mau makan apa, akhirnya makanan instan model indomie dijadikan penyelamat usus dari cacing-cacing kelaparan :D. Tapi gak mungkin kan makan indomie tiap hari, gak mungkin juga cuman ceplok telor terus menerus. Akhirnya ya mau gak mau, 'dipaksa' juga masuk dapur
Untuk Papin dan Bayu -- yang keluarga sudah bergabung di Kuwait -- istri tercinta adalah savior (wooiii Papin dan Bayu curang!!). Hampir setiap hari, bekal masakan Mamin selalu menemani saat bekerja. Kebutuhan makan sesuai selera bisa dikatakan terpenuhi. Dan tentu saja menghemat pengeluaran. Lain halnya dengan Aji, Daud dan Yoswar. Tidak ada yang bisa diandalkan untuk memasak di dapur. Dulu pada saat kami masih tinggal bareng-bareng dalam satu apartemen, urusan makanan masih bisa terbantu dengan masakan Mamin. Tiap hari Mamin, seperti layaknya pengusaha catering (soalnya yang dimasak dalam porsi gede :D), menyiapkan makanan dan bekal untuk penduduk apartemen. Nah, sekarang masalahnya Mamin udah pensiun ngempanin anak orang (baca : ngasih makan anak orang). Sejak kami berpisah dan pindah ke apartemen masing-masing, Mamin tidak lagi menyiapkan makanan untuk teman-teman. Dan akhirnya, mau gak mau mereka harus memasak sendiri!
Mereka-mereka ini yang biasa berurusan dengan spesifikasi komputer (Macintosh), software Adobe AfterEffect, plug-in Trapcode 3D stroke, Wacom tablet, harddisk FireWire, QuickTime movie dan seabreg urusan kerjaan grafis, kini mencoba untuk terjun ke kancah dapur -- dunia yang berbeda dengan dunia kerja sehari-hari.
Simak deh video ini, bagaimana mereka mencoba terjun ke dalam dunia persilatan cooking dan saat-saat nongkrong diisi dengan obrolan seputar resep, bumbu dan hardware dapur. Serta Aji yang masak cah kangkung dengan lihainya dan tentu saja hasilnya layak dimakan...rr.. ng.. lebih tepat : cukup enak dan sedap!
Btw... pernah tahu ada quote "Most famous chef are men". Bukan ngga mungkin mereka jadi famous chef suatu saat nanti :D
Monday, January 14, 2008
Cookaventure : Chicken Mechbous
by : Dita

Satu Kuwaiti Recipe yang udah gue taklukkan adalah Chicken Mechbous. Sayangnya kalo mau eksperimen masakan lokal, lidah-lidah yang makan agak-agak susah kompromi, jadinya mau sering-sering eksperimen takut mubazir ;). Bahan-bahan yang digunakan cukup unik, salah satunya yang baru gue lihat seumur hidup adalah Loomi. Loomi adalah jeruk yang direbus kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari, jadi penampakannya emang hitam gak menarik, memiliki aroma yang unik dan khas. Dan seperti kebanyakan masakan Arab lain, tiba-tiba ada campuran kismisnya aja gitu :). Bumbu yang dipakai juga gak jauh-jauh dari cardamom dan pasta tomat. Resepnya di Our Yummy Corner yah.

Satu Kuwaiti Recipe yang udah gue taklukkan adalah Chicken Mechbous. Sayangnya kalo mau eksperimen masakan lokal, lidah-lidah yang makan agak-agak susah kompromi, jadinya mau sering-sering eksperimen takut mubazir ;). Bahan-bahan yang digunakan cukup unik, salah satunya yang baru gue lihat seumur hidup adalah Loomi. Loomi adalah jeruk yang direbus kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari, jadi penampakannya emang hitam gak menarik, memiliki aroma yang unik dan khas. Dan seperti kebanyakan masakan Arab lain, tiba-tiba ada campuran kismisnya aja gitu :). Bumbu yang dipakai juga gak jauh-jauh dari cardamom dan pasta tomat. Resepnya di Our Yummy Corner yah.
Wednesday, December 26, 2007
Cookaventure : Negeri 1001 Bumbu dan Rempah
by : Dita

Satu hal yang paling bikin gue betah gak berkedip adalah ketika belanja di supermarket dan memasuki area perbumbuan dan rempah.
Sebegitu terpesonanya gue dengan deretan rempah-rempah sampai gue betah berlama-lama menilik satu-persatu rempah apa gerangan ini? Kadang gue ambil terus gue ciumin satu-satu baunya. Cardamom, Fennel, Galangal, Turmeric, Clove, Cumin, Cinnamon, Coriander, Saffron, Lentils, Curry Leaf, Garam Masala, etc. Amazing!
Resep-resep "lokal" (masakan yang ada di Kuwait-red) boleh dibilang sebagai cross-cultural cuisine, karena masakan di negara ini adalah perpaduan dari berbagai macam bangsa, yang notabene semuanya kaya akan spices and herbs, seperti : India, Thailand, Srilangka, Philipina, dan China of course, dll--sekaligus reflecting the fascinating blend of peoples and cultures found in this country. Sama juga dengan masakan Asia yang memang banyak menggunakan pernak-pernik bumbu.
Gue selalu jatuh cinta sama resep-resep yang menggunakan banyak bumbu dan rempah. Walaupun memang proses masaknya agak merepotkan. But for me, Tropical Asian Cooking, Spicy Indian Cuisine and Exotic Middle East Gourmet are the world's most exciting and creative cuisines. Culinary genius! Makanya gue obsesi banget pengen belajar dan ngulik masakan "lokal".
Buat gue yang doyan berpetualang rasa, what is particulary fascinating to me is the interaction between the ingredients and the indigenous tastes that arise.
Betapa beruntungnya gue, di negeri ini begitu mudahnya mencari rempah dan bumbu Indonesia (Asia-red). Dan betapa menyenangkannya "terdampar" di negeri 1001 rempah sehingga bisa bereksperimen rasa.

Satu hal yang paling bikin gue betah gak berkedip adalah ketika belanja di supermarket dan memasuki area perbumbuan dan rempah.
Sebegitu terpesonanya gue dengan deretan rempah-rempah sampai gue betah berlama-lama menilik satu-persatu rempah apa gerangan ini? Kadang gue ambil terus gue ciumin satu-satu baunya. Cardamom, Fennel, Galangal, Turmeric, Clove, Cumin, Cinnamon, Coriander, Saffron, Lentils, Curry Leaf, Garam Masala, etc. Amazing!
Resep-resep "lokal" (masakan yang ada di Kuwait-red) boleh dibilang sebagai cross-cultural cuisine, karena masakan di negara ini adalah perpaduan dari berbagai macam bangsa, yang notabene semuanya kaya akan spices and herbs, seperti : India, Thailand, Srilangka, Philipina, dan China of course, dll--sekaligus reflecting the fascinating blend of peoples and cultures found in this country. Sama juga dengan masakan Asia yang memang banyak menggunakan pernak-pernik bumbu.
Gue selalu jatuh cinta sama resep-resep yang menggunakan banyak bumbu dan rempah. Walaupun memang proses masaknya agak merepotkan. But for me, Tropical Asian Cooking, Spicy Indian Cuisine and Exotic Middle East Gourmet are the world's most exciting and creative cuisines. Culinary genius! Makanya gue obsesi banget pengen belajar dan ngulik masakan "lokal".
Buat gue yang doyan berpetualang rasa, what is particulary fascinating to me is the interaction between the ingredients and the indigenous tastes that arise.
Betapa beruntungnya gue, di negeri ini begitu mudahnya mencari rempah dan bumbu Indonesia (Asia-red). Dan betapa menyenangkannya "terdampar" di negeri 1001 rempah sehingga bisa bereksperimen rasa.
Saturday, December 15, 2007
Cookaventure : Bangladesh String Bean
by : Dita
Satu hal yang paling gue suka adalah belanja sayuran. Seneng rasanya kalo pas belanja terus menemukan sayur-mayur yang juga ada di Indonesia. Dari beberapa kali pengalaman beli sayur sebelumnya, gue sering menemukan hal-hal yang bikin surprise.
Kejutan itu biasanya datang dari rasa, aroma dan karakteristik sayurannya. Bentuk-bentuknya sendiri tak jauh beda dengan sayuran yang ada di Indonesia.

Seperti yang gue temui pada String Bean Bangladesh ini atau yang kita kenal dengan Kacang Panjang. Secara fisik, bentuknya tak jauh beda dari Kacang Panjang Indonesia. Perbedaan terletak pada warnanya. Kacang Panjang Bangladesh berwarna pucat, hijau muda kekuningan, mirip seperti sayuran yang akan layu. Jadi jika biasanya masak menggunakan Kacang Panjang Indonesia bisa tetap terlihat hijau segar (asal gak overcook), kalo mengolah String Bean Bangladesh agak-agak susah untuk tetap terlihat hijau menggiurkan. Mau overcook atau nggak, penampakannya tetep aja keliatan seperti sayuran yang overcook :).
Update 18/12/07 :
Eh..eh...ternyata gue menemukan kacang panjang dengan warna-warna ijo segar seperti kacang panjang Indonesia. Tapi gatau nih asalnya darimana, kayaknya bukan dari Bangladesh. Gajadi deh buru-buru ngecap kacang panjang sini warnanya "jelek" :P
Satu hal yang paling gue suka adalah belanja sayuran. Seneng rasanya kalo pas belanja terus menemukan sayur-mayur yang juga ada di Indonesia. Dari beberapa kali pengalaman beli sayur sebelumnya, gue sering menemukan hal-hal yang bikin surprise.
Kejutan itu biasanya datang dari rasa, aroma dan karakteristik sayurannya. Bentuk-bentuknya sendiri tak jauh beda dengan sayuran yang ada di Indonesia.
Seperti yang gue temui pada String Bean Bangladesh ini atau yang kita kenal dengan Kacang Panjang. Secara fisik, bentuknya tak jauh beda dari Kacang Panjang Indonesia. Perbedaan terletak pada warnanya. Kacang Panjang Bangladesh berwarna pucat, hijau muda kekuningan, mirip seperti sayuran yang akan layu. Jadi jika biasanya masak menggunakan Kacang Panjang Indonesia bisa tetap terlihat hijau segar (asal gak overcook), kalo mengolah String Bean Bangladesh agak-agak susah untuk tetap terlihat hijau menggiurkan. Mau overcook atau nggak, penampakannya tetep aja keliatan seperti sayuran yang overcook :).
Update 18/12/07 :
Eh..eh...ternyata gue menemukan kacang panjang dengan warna-warna ijo segar seperti kacang panjang Indonesia. Tapi gatau nih asalnya darimana, kayaknya bukan dari Bangladesh. Gajadi deh buru-buru ngecap kacang panjang sini warnanya "jelek" :P
Tuesday, December 11, 2007
Cookaventure : Indian Onion?
by : Dita

Sepintas bentuknya sama dengan bawang merah Indonesia, bawang merah India agak lebih langsing daripada bawang Indonesia yang montok-montok. Bedanya terletak pada aroma dan rasa. "Bau"nya lebih menyengat dan rasanya agak getir/pahit.
I just found out waktu lagi ngalusin bumbu untuk masak Ayam Panggang. Pas dicicipin, loh kok rasanya getir, baunya tajem pulak. Agak-agak paniki soalnya udah nyampur bumbu cukup banyak. Tapi untung bisa dinetralisir dengan tomat dan kecap :).
Waaaaaa jadi makin excited explore bumbu-bumbu dapur di Kuwait.

Sepintas bentuknya sama dengan bawang merah Indonesia, bawang merah India agak lebih langsing daripada bawang Indonesia yang montok-montok. Bedanya terletak pada aroma dan rasa. "Bau"nya lebih menyengat dan rasanya agak getir/pahit.
I just found out waktu lagi ngalusin bumbu untuk masak Ayam Panggang. Pas dicicipin, loh kok rasanya getir, baunya tajem pulak. Agak-agak paniki soalnya udah nyampur bumbu cukup banyak. Tapi untung bisa dinetralisir dengan tomat dan kecap :).
Waaaaaa jadi makin excited explore bumbu-bumbu dapur di Kuwait.
Wednesday, December 05, 2007
Cookaventure : Kuwait Herb Spinach?
by : Dita
Udah 4 harian di Kuwait, rasanya kangen masuk dapur lagi. Penyebabnya selain pengen eksplor masak, juga untuk entertaining myself, apalagi belum ada TV di apartemen kami (tapi bersyukur juga jadi anak-anak gak dikit-dikit minta nonton TV) dan belum mood untuk jalan-jalan keluar sendirian.
Setelah sekian bulan gak ngutak-ngatik dapur (karena selama ditinggal Papin, kami tinggal di rumah Mama), pengen banget nguprek di dapur begitu liat kompor, oven, microwave dan rice cooker. Cuman belum ada perkakas lain, kayak pisau dapur, talenan, ulekan dan antek-anteknya. Kulkas pun belum ada, jadi agak susah untuk nyetok-nyetok sayur dan buah-buahan. Jadi so far titip Papin belanja sepulang kantor untuk masak keesokan paginya.
Malam itu Mamin punya rencana besok pagi mau masak sayur bening bayam dan ayam goreng kuning, jadi begitu pulang kantor, Papin berencana ke Sultan, Mamin langsung titip-titip. Kali-kali di Sultan ada bayam, seperti yang Mamin lihat kemarin di Carrefour. Dan kebetulan pas Papin lunch sempet nyariin pisau dapur dan talenan buat Mamin. Jadi udah enak mau motong-motong sayuran.
Di Sultan, Papin agak kesulitan menemukan bayam, sempet ngabarin Mamin bahwa bayamnya gak ada. Tapi setelah dilihat-lihat ternyata ada kata Papin.
Yo wis, Mamin bilang," ambil aja 2 iket."
Menurut Papin, 2 iket kebanyakan, mending 1 iket aja. Lah emang 1 iketnya gede banget apa? Mamin langsung inget iketan kalo beli bayam di Indonesia. Pan kecil?
Papin bilang, "iketannya gede, satu genggaman orang dewasa aja gak muat".
"Weehhh??? Gede banget dong! Berapa?"
"0.215 KD," kata Papin.
"Heee....6 ribuan, 1 iket gede? Udah sikat!" sambung Mamin.
"Ayamnya yang drumstick kan? Ada nih isi 5. Mau? Setengah kilonya 0.905 KD (red-sekitar hampir 30.000-an rupiah)" tanya Papin.
"Iya beli sekilo aja," sambut Mamin dengan gembira karena semua pesenan ada.
Papin sampai rumah krucils udah bobok, kesempatan nih buat Mamin sekalian mengolah ayamnya, jadi besok pagi tinggal nggoreng. Pas bongkar-bongkar kantong belanjaan, kok Mamin gak menemukan bayamnya.
"Lah ini apa?" kata Papin sambil mengambil seikat bayam dari dalam kantong belanja.
"Heeee?? Itu bayam? Bayam belah mana? Iketannya segitu?" kata Mamin heran karena penampakannya gak kayak bayam Indo. Ya ampyun, ternyata iketannya tuh kecil mana cukup untuk makan orang sekampung....hahahaha....Mamin aja bisa nggenggam kumpulan batangnya. Sementara persepsi Papin, yang digenggam bukan batangnya, tapi daun-daunannya yang rimbun....ya iyalah gak bisa digenggam satu tangan. Oalaaahhhh...begitu deh laki kalo belanja :P.
"Itu tulisannya Kuwait Herb Spinach," sela Papin.

Mamin pasrah mode on, ya sutrala. Kita coba aja deh, penasaran juga kayak apa sih rasanya mahluk yang bernama Kuwait Herb Spinach ini. Tapi gak jadi bikin sayur bening bayam, lupa juga gak punya kencur. Ditumis aja sama jagung pipilan dan bawang bombay sisa kemaren.
Setelah dirasain ternyata rasanya sama aja kok dengan bayam Indonesia :), cuman bedanya yang ini daunnya lebih gede-gede, bentuk daunnya pun berbeda. Tapi ngomong-ngomong kok masuk dalam keluarga herb ya?
Udah 4 harian di Kuwait, rasanya kangen masuk dapur lagi. Penyebabnya selain pengen eksplor masak, juga untuk entertaining myself, apalagi belum ada TV di apartemen kami (tapi bersyukur juga jadi anak-anak gak dikit-dikit minta nonton TV) dan belum mood untuk jalan-jalan keluar sendirian.
Setelah sekian bulan gak ngutak-ngatik dapur (karena selama ditinggal Papin, kami tinggal di rumah Mama), pengen banget nguprek di dapur begitu liat kompor, oven, microwave dan rice cooker. Cuman belum ada perkakas lain, kayak pisau dapur, talenan, ulekan dan antek-anteknya. Kulkas pun belum ada, jadi agak susah untuk nyetok-nyetok sayur dan buah-buahan. Jadi so far titip Papin belanja sepulang kantor untuk masak keesokan paginya.
Malam itu Mamin punya rencana besok pagi mau masak sayur bening bayam dan ayam goreng kuning, jadi begitu pulang kantor, Papin berencana ke Sultan, Mamin langsung titip-titip. Kali-kali di Sultan ada bayam, seperti yang Mamin lihat kemarin di Carrefour. Dan kebetulan pas Papin lunch sempet nyariin pisau dapur dan talenan buat Mamin. Jadi udah enak mau motong-motong sayuran.
Di Sultan, Papin agak kesulitan menemukan bayam, sempet ngabarin Mamin bahwa bayamnya gak ada. Tapi setelah dilihat-lihat ternyata ada kata Papin.
Yo wis, Mamin bilang," ambil aja 2 iket."
Menurut Papin, 2 iket kebanyakan, mending 1 iket aja. Lah emang 1 iketnya gede banget apa? Mamin langsung inget iketan kalo beli bayam di Indonesia. Pan kecil?
Papin bilang, "iketannya gede, satu genggaman orang dewasa aja gak muat".
"Weehhh??? Gede banget dong! Berapa?"
"0.215 KD," kata Papin.
"Heee....6 ribuan, 1 iket gede? Udah sikat!" sambung Mamin.
"Ayamnya yang drumstick kan? Ada nih isi 5. Mau? Setengah kilonya 0.905 KD (red-sekitar hampir 30.000-an rupiah)" tanya Papin.
"Iya beli sekilo aja," sambut Mamin dengan gembira karena semua pesenan ada.
Papin sampai rumah krucils udah bobok, kesempatan nih buat Mamin sekalian mengolah ayamnya, jadi besok pagi tinggal nggoreng. Pas bongkar-bongkar kantong belanjaan, kok Mamin gak menemukan bayamnya.
"Lah ini apa?" kata Papin sambil mengambil seikat bayam dari dalam kantong belanja.
"Heeee?? Itu bayam? Bayam belah mana? Iketannya segitu?" kata Mamin heran karena penampakannya gak kayak bayam Indo. Ya ampyun, ternyata iketannya tuh kecil mana cukup untuk makan orang sekampung....hahahaha....Mamin aja bisa nggenggam kumpulan batangnya. Sementara persepsi Papin, yang digenggam bukan batangnya, tapi daun-daunannya yang rimbun....ya iyalah gak bisa digenggam satu tangan. Oalaaahhhh...begitu deh laki kalo belanja :P.
"Itu tulisannya Kuwait Herb Spinach," sela Papin.
Mamin pasrah mode on, ya sutrala. Kita coba aja deh, penasaran juga kayak apa sih rasanya mahluk yang bernama Kuwait Herb Spinach ini. Tapi gak jadi bikin sayur bening bayam, lupa juga gak punya kencur. Ditumis aja sama jagung pipilan dan bawang bombay sisa kemaren.
Setelah dirasain ternyata rasanya sama aja kok dengan bayam Indonesia :), cuman bedanya yang ini daunnya lebih gede-gede, bentuk daunnya pun berbeda. Tapi ngomong-ngomong kok masuk dalam keluarga herb ya?
Subscribe to:
Posts (Atom)