Setiap tahun, antara Thanksgiving day sampai jelang Natal, penyelenggara angkutan kereta subway NYC menyediakan layanan khusus: Holiday Nostalgia Train. Menghubungkan antara Queens Plaza di Queens dan 2nd Avenue di Manhattan, di jalur M.
Kereta R1 ini melayani dari tahun 1930 hingga 1970. 40 tahun! Kondisinya masih terawat dan menurut petugasnya, kereta ini masih sangat laik jalan, walau tidak memiliki peralatan modern seperti location tracker atau automatic brake kalau ada kereta di depan.
Jujur saja sih, sampai sekarang pun naik kereta subway New York City memang berasa lawas. Jadi naik kereta tua begini berasa ngga jauh berbeda hahaha.
Hanya saja suasananya jadi lebih vintage ketika banyak penumpang berpakaian ala tahun 30an dan diiringi musik swing jaman itu. Cukup seru. Tahun depan mau coba lagi.
Habis jalan kaki 15 menit ke sekolah, balik ke rumah pesen kopi lewat app. Mampir warung kopi buat ngambil pesenan, terus naik bis biar cepet sampai rumah. Dari situ ikutan nganter Leia & Neo ke sekolah.
Ke China Town beli kerupuk, teh kotak dan luwak buat bikin rawon. Direkam pake cengdem Spectacles. pic.twitter.com/YLlV43BxY1
Lagi jalan ke prapatan, ada seorang mbak njagain counter di pojokan, mengajak orang-orang untuk menulis surat ke Donald Trump. "Silakan tulis uneg-uneg anda, nanti akan kami kirimkan ke tim Donald Trump."
Banyak yang cuek, skeptis. Banyak juga yang mendebat. "Lebih banyak yang mendebat, tapi yang menulis surat cuma tiga orang hahaha," kata si mbak. Lalu Leia kami ajak untuk menulis dan menggambar. Dia menulis
"Dear Donald Trump, please don't build a wall because we can't see the (beautiful) sunset."
Si mbak takjub dengan surat buatan Leia, apalagi dilengkapi gambar Donald Trump sibuk ngatur batu bata buat bikin tembok, dengan seekor babi (karakter favorit Leia) menatap dengan wajah sedih. "Selalu amaze memperhatikan pandangan jujur & polos anak-anak pada presiden baru ini," katanya.
Hari ini jatah Spectacles dari Snapchat tiba di kantor. Papin dikasih kesempatan mencoba dan ngoprek kacamata berkamera seharga $130 ini.
Desainnya sangat nge-pop. Materinya tidak terasa plastik-murahan, desainnya juga cukup rapih dan memberi perhatian khusus pada detail. Pada dasarnya kacamata ini adalah wearable-camera, tapi tetap keren walau hanya dipakai sebagai cengdem sambil ngeceng.
Lampu LED menyala ketika merekam
Saat merekam, LED di frame kiri Spectacles menyala. Jadi ngga bisa diem-diem ngrekam. pic.twitter.com/blugAx8v52
Proses merekam video dimulai ketika tombol di kiri frame kacamata ditekan sekali (jika menekan lebih dari sekali berturut-turut, Spectacles akan merekam beberapa video setiap 10 detik). Setelah video terekam, di Snapchat app akan terjadi proses transfer di halaman Memories. Dari halaman ini, kemudian video dipilih dan diupload. Jadi video tidak streamed langsung ke Snapchat.
Video yang terekam akan masuk di halaman Memories ini
Konektor charger di kacamata dan kotak penyimpan
Secara teknologi, tidak ada yang istimewa dengan gadget ini. Video yang direkam berbentuk melingkar, atau mereka menyebutnya circular video dengan frame size 1080 x 1080. Video yang melingkar ini jika diposting di Snapchat akan berputar sesuai orientasi smartphone kita. Jadi rasio videonya sekaligus portrait & landscape. Keren bok!
Terdapat 2 mode rekaman: SD & HD. Dua-duanya berukuran 1080 x 1080, namun yang membedakan adalah data rate & frame-per-secodnnya. Untuk SD 30 fps dengan data rate 5-6 mbits/second, sementara HD 60 fps dengan data rate 8-9 mbits/second. Jika hasil rekaman di-save ke camera roll, hasilnya seperti ini:
Sayangnya kita tidak bisa membuat foto dengan kacamata ini. Untuk saat ini hanya bisa rekam video. Untuk lihat hasilnya bisa cek Snapchat Papin: Pinotski.
UPDATE 16 November: Mencoba merekam saat malam hari. Hasilnya cukup lumayan jika ditonton di mobile device.
Suasana unjuk rasa di Union Square, meneriakkan yel yel "Not my president!" "Black lives matter!" "Muslims are not terrorist!" jam 18:30. Jam 19:30 pengunjuk rasa berjalan menuju Trump Tower.
Jelang pemilihan presiden, suasana berasa agak tegang. Berjalan di depan Trump Tower juga mesti siap dipelototin aparat & NYPD dengan seksama. Mereka sibuk 'scanning' mana yang turis & mana yang mau bikin rusuh. Suatu ketika kami bermaksud membeli kopi Starbucks di dalam lobi gedung. Seorang petugas keamanan bertanya dengan galak "Kamu mau kemana?" Begitu dijawab mau beli kopi di dalam, dikasih wanti-wanti untuk beli kopi saja dan jangan lama-lama. Ebuset. Di dalam pun mesti harus diperiksa barang bawaan.
You must take the "A" train
To go to Sugar Hill way up in Harlem
If you miss the "A" train
You`ll find you missed the quickest way to Harlem
Demikian sepenggal lagu jazz klasik "Take The A Train" yang diciptakan Duke Ellington & dinyanyikan Ella Fitzgerald, kebetulan kedua legenda jazz ini memang tinggal di kawasan Sugar Hill, Harlem. Kawasan ini kebanyakan dihuni masyarakat kulit hitam elit yang berpengaruh pada kultur & politik Amerika di sekitar tahun 1930-1940 dan disebut-sebut sebagai pusat pergerakan Harlem Renaissance.
Nama Sugar Hill memang dimaksudkan sebagai daerah perbukitan dengan kehidupan yang makmur dan sejahtera (sweet life) bagi masyarakat kulit hitam. Untuk ke kawasan ini bisa menggunakan kereta A yang berhenti di utara Manhattan. Kereta A sendiri merupakan jalur kereta tertua dan terpanjang di NYC.
Berjalan-jalan di kawasan ini memang memberi suasana unik dan kesan tersendiri. Selain bentuk bangunannya yang sedikit berbeda dengan bagian lain di Manhattan, masyarakatnya didominasi kulit hitam namun kami juga melihat banyak kulit putih, Asian bahkan toko yang menjual peralatan shalat juga ada.
Tempat yang menarik untuk dikunjungi lagi, sambil mendengarkan lagu "Take The A Train" ♪ ♫
Dalam perjalanan pulang, terlihat beberapa orang mengerubungi sesuatu di sekitar prapatan. Pengamen ngga mungkin, karena mereka berada di tengah sidewalk dan cukup mengganggu lalu lalang orang. Ternyata ada robot yang lagi jalan timik-timik sambil ngomong "You guys want to take selfie with me?" atau menjawab pertanyaan orang-orang. Sepertinya dikontrol dari jarak jauh, karena bisa berinteraksi langsung dengan orang-orang. Tidak diketahui siapa dan dalam rangka promosi apa si robot ini keluyuran di pemukiman yang jauh dari keramaian Manhattan begini.
Karena tuntutan kerjaan, akhirnya mulai mencoba mendalami dan mempelajari medium 360. Bermodalkan kamera Ricoh Theta M15, kami mengambil gambar di berbagai tempat di kota ini.
Hari ini kami berkesempatan menengok Studio Fair di Kaufman Studio - yang memang menjadi tempat pembuatan film dan TV series di daerah Queens. Di Studio Fair ini bisa ditemui berbagai kegiatan proses pembuatan film, dari make-up, special effects hingga action para stunt man. Selain itu juga digelar perlengkapan pembuatan film dari tahun 1920-an, era ketika film bisu.
Hari ini Papin diundang ke Microsoft Lounge di Los Angeles untuk briefing device mereka yang terbaru: HoloLens. Bareng bersama influencer digital lainnya, Papin berkesempatan mencoba (dan membawa pulang device + Surface 3 - cihuy!) kacamata canggih ini. Sebenarnya, HoloLens juga adalah komputer PC dengan Windows 10 sebagai OS nya. Hampir semua software Windows bisa jalan di PC berbentuk kacamata ini.
Si kacamata berfungsi sebagai monitor. Mouse & keyboard digantikan oleh jari, yang gesturenya disetup untuk perintah yang biasa kita lakukan dengan mouse: klik, drag, hold, double klik. Mereka menyebutnya Air Tap. Karena ada interaksi dengan obyek nyata di sekitar kita, HoloLens ini disebut sebagai MR atau Mixed Reality. Microsoft lebih memilih mencampur dua realita ini ketimbang fully virtual reality. "Virtual Reality disconnect us, totally, with our surrounding. We're no longer in reality in VR. We prefer mixed them, blend them and support both worlds." Setuju sama Microsoft, Papin juga ngga terlalu suka dengan VR. Serem.
Dana dari Microsoft wanti-wanti kalau HoloLens ini masih buggy, unstable dan gampang crash
Anyway, software yang dipilih dalam program review ini adalah Actiongram - kumpulan obyek-obyek 3D yang diletakkan di ruangan atau tempat di sekitar kita. Para influencer diminta membuat cerita menggunakan obyek-obyek 3D ini.
Obyek-obyek 3D ini terasa agak membatasi kreativitas, karena kita tidak bisa membuat obyek sendiri atau custom effects. Walau begitu, ada beberapa obyek yang bisa diolah lagi dalam bercerita seperti kupu-kupu, kunang-kunang, partikel fairy dust.
Orientasi berlangsung hingga sore hari. Influencer yang hadir membawa pulang HoloLens edisi prototype & Surface 3, dengan jadwal posting review atau video di social media. Ngga sabar pengen ngoprek!
Pengalaman perdana kami dengan situasi blizzard masuk dalam liputan Kompas TV. Dan pose epic celana pendek kaosan di atap rumah juga masuk sebagai penutup topik hahaha.
Jam 22:00, angin masih bertiup kencang dengan curah salju cukup tinggi, menambah tebal lapisan salju yang menurut kabar sudah memecahkan rekor kedua dalam sejarah (terburuk Feburari 2006).
Dulu sempet kepikiran, kalau ada badai salju pengen mencoba merasakan gimana kalau cuma pakai celana pendek dan kaosan doang. Akhirnya terlaksana hari ini. Naik ke atap rumah, bawa kursi taman, bawa kopi kapal api yang masih panas, lalu berpose santai ala summer.
Ngga lebih dari satu menit, langsung ngibrit masuk kembali ke dalam rumah. Ngga taahhannnn!! :D
Warung kopi Starbucks dan beberapa tempat tetap buka setia melayani pelanggan. Bahkan para delivery guy tetap bergerak mengirim pesanan, tentu saja dengan harapan tip yang besar.
Mendengar dari berita, travel ban akan segera diberlakukan. Yang artinya tidak boleh ada kendaraan sipil di jalanan untuk menghindari kecelakaan. Selain itu transportasi publik juga diberhentikan sementara.
Setelah sekian lama, akhirnya sore ini salju turun dengan sangat deras. Suhu tiba-tiba jadi dingin banget, tapi krucil seneng banget karena memang sudah menunggu dari bulan lalu. Sudah ngga sabar bikin manusia salju dan perang bola salju.
Seperti yang sering kami posting, di lingkungan tempat kami tinggal (terutama sekolah St. John's Prep School) sering digunakan untuk pengambilan gambar TV series. Dan hari ini sedang dilakukan shooting untuk series The Blacklist. Papin iseng lewat lokasinya setelah mengantar Arwen ke sekolah. Melewati beberapa truk trailer, Papin kok kayak melihat karakter yang cukup dikenal sedang merokok di trailer make up. Itu Tom Keen! Alias Ryan Eggold! Memberanikan diri menyapa 'Good morning' dan 'Big fan of your role in the series!' Dia pun tersenyum ramah 'Well thank you.'
Sekalian aja ngga pake malu-malu 'Can I take your picture?' 'Yes sure!'
Ngobrol sebentar tentang shooting hari ini terus Papin jalan lagi, sebelum salah ngomong atau keliatan groginya hahahaha