Our previous journey: Kuwait

Sunday, February 13, 2005

Teror Sepeda Motor

Kenapa ya rata-rata pengendara sepeda motor itu identik dengan 'pecicilan' & 'nyelonong' seenak udel bodong? Walau traffic light bilang merah, tetep aja wweeerrrrrrr.... bikin kaget kendaraan lain yang dapat giliran hijau. Kalau terjadi sesuatu, srempetan misalnya si pengendara motor yang ngamuk ngamuk.
Kalau lagi macet, pengendara sepeda motor pasti bagai air mencari celah untuk terus maju maju dan maju walau sampai harus melawan arus. Begitu stuck, berhenti di jalur berlawanan, menumpuk dengan pengendara sepeda motor lain menyumbat arus.
Belum lagi yang sepeda motornya dimodif racing. Makin 'pecicilan' ngga pakai etika lalu lintas pula, not to mention suara knalpotnya yang berdesibel tinggi bikin kuping sobek.
Kenapa sih mental pengendara sepeda motor sedemikian payahnya? Apa karena ingin buru-buru cepat sampai tujuan, karena gue tahu naik sepeda motor lebih melelahkan dan memabukkan (menghirup knalpot kendaraan lain)? Apa karena sudah merasa dimaklumi pengendara jenis lain jadi diperbolehkan untuk 'nyelonong'? Apa terlalu gampang untuk mendapatkan SIM kendaraan roda dua sehingga mentalnya ngga terjaga atau ter-filter? Apa aparat yang berwenang sudah ikut memaklumi kondisi ini?
Beberapa hari lalu, lagi macet-macetnya seperti biasa para pengendara sepeda motor mengambil jalur berlawanan untuk menghindari antrian. Kontan saja beberapa kali nyaris terjadi tabrakan, bahkan sesama pengendara sepeda motor. Dalam hati gue, "Polisi apa ngga ada yang ngatur beginian ya? Ancur banget sih disiplin pengendara-pengendara ini?" Ngga lama berselang, seorang anggota polisi ikut dalam sliweran slonongan tersebut. Bahkan bareng-bareng melawan arus. Gosh.
Image hosted by Photobucket.com

No comments: