Our previous journey: Kuwait

Tuesday, February 15, 2005

Geliat Dunia Fesyen vs Gejolak Dunia Global

“In the worst of time, life went on with style.”

Pernyataan John Galliano tersebut menggelitik pikiran saya. Hmm…ada benarnya juga. Dari barat ke timur perang berkecamuk di mana-mana, semua kebakaran jenggot mencari osama bin laden sampai hambali, yang katanya biang kerok terorisme.
Di sisi lain, para fashionista dan socialite juga bergeliat memburu hasil karya para desainer ternama. Berlomba-lomba mencari rancangan Dior dan Louis Vuitton, untuk dapat tampil stylish and classy. Yang satu mengangkat senjata, yang lain menyingsingkan lengan untuk bisa mendapatkan gaun elegannya Armani.

Bertolak belakang dengan situasi perang, koleksi dari panggung peragaan Milan dan Paris untuk sesi fall/winter 2004/2005, justru merayakan kebebasan berekspresi dan menjunjung tinggi nilai-nilai keindahan dan hidup. Hal ini menggambarkan betapa situasi dunia yang penuh konflik, tak berpengaruh terhadap kreatifitas para desainer untuk terus berkarya, bahkan bisa menjadi sumber inspirasi mereka.

Tak dapat dipungkiri, hidup seperti medan magnet, ada kutub positif, ada kutub negatif. Saya tidak bicara baik buruk, tetapi menerjemahkannya sebagai dua hal yang berbeda. Jika di satu belahan dunia ada yang mati-matian mempertahankan kekuasaan dengan nyawa sebagai korbannya, saya maklum saja jika di belahan lainnya ada manusia-manusia yang terus berfantasi untuk menciptakan karya-karya indah.

Lelah rasanya, melihat dunia yang terus bergejolak, merasakan hidup yang tak lagi aman dan nyaman. Seperti merasakan sepotong coklat yang lumer di mulut, manisnya hidup tetap dapat dinikmati dengan hadirnya kreasi para perancang dan pencipta mode dunia. Bukannya tidak menghargai mereka yang sedang dilanda musibah, tapi salut kepada energi berekspresi yang tak pernah ada matinya. Semuanya adalah wujud kerinduan ingin merasakan kebebasan sebagai manusia, bebas dari rasa takut dan tertindas.

Saya pribadi angkat topi kepada para desainer fesyen karena telah mewarnai kehidupan ini dengan begitu indah. Membuat selalu ada cara untuk menikmati hidup. Bukankah harus selalu ada keseimbangan dalam segalanya? Bahkan dalam kondisi yang terjelek sekalipun.(Dita)

No comments: