Our previous journey: Kuwait

Tuesday, February 10, 2009

Salah Paham Gara-gara Kamar Mandi

by : Pinot



Kharis Mesir sedang 'pidato' berapi-api

Siang hari saat Papin sedang di kantor, Mamin memberi kabar dari rumah bahwa pintu rumah digedor-gedor oleh penjaga apartemen. Ngga cuma sekali tapi beberapa kali. Ngga dibuka, dia memanggil-manggil lewat intercom apartemen. "Madam! Madam!"
Dan ternyata, 'teror' dia tidak hanya ke apartemen kami, tapi juga apartemen Aji dan Daud. Sontak istri-istri yang sedang leyeh-leyeh beristirahat siang ini merasa terganggu dan panik. Apalagi kami sudah mewanti-wanti untuk tidak sembarangan membukakan pintu kepada siapa pun saat para suami bekerja. Selain demi keamanan, juga karena malas berkomunikasi dengan mereka yang ngga bisa bahasa Inggris.

Maka buru-buru pulanglah kami, Papin, Aji dan Daud. Kami juga sudah minta bantuan kepada rekan kerja kami yang bisa berbahasa Arab untuk membantu menjadi penerjemah via telepon (remember Sami the Lebanese? :D)

Setibanya di rumah, kami bertiga dengan wajah angker mendatangi si kharis (penjaga apartemen) yang lagi ongkang-ongkang kaki nonton TV. "What's the problem???"
Si kharis berdiri dan bercelotehlah dia dengan bahasa Arab. Daud langsung telpon Sami yang sudah stand-by dan menyerahkan telpon ke kharis.

Seru! Dengan suara meledak-ledak si kharis berbicara dengan Sami. Kami bertiga masih memandangi kharis yang lagi 'berpidato dengan berapi-api" berusaha memahami kata demi kata.

Sesaat kemudian, sambil marah-marah ke seorang tukang (berkebangsaan India) kharis menyerahkan telponnya ke Daud. Di ujung sana, Sami berkata :

"Err Daud. I think there is somekind of misunderstanding here. He just want to repair the bathroom"
*gubrak!*

Lah. Mau benerin kamar mandi saja kok seperti aparat lagi menggrebek cari tersangka kriminal. Mengetahui kesalahannya, si kharis yang berbadan besar ini berkali-kali meminta maaf, tentu saja tetap dengan nada keras dan tinggi. Menurut Sami, si kharis ini tidak bermaksud mengganggu atau menakut-nakuti. Menurut pengakuannya, dia adalah orang baik-baik, ramah dan selalu dekat dengan siapa pun dan dari kebangsaan mana pun. Bahkan diakuinya, penghuni apartemen dari Indonesia seperti kita-kita ini adalah favoritnya. "I love Indonesian! I love Indonesian!"

Akhirnya, kamar mandi diperiksa oleh si tukang India. Sementara Mamin sudah dengan wajah buas siap menggebuk pakai panci saking keselnya "NO OTHER MAN CAN COME IN! INCLUDING YOU!"
Kharis menghampiri Mamin dan para istri-istri kami sambil menepuk-nepuk kepalanya yang botak (dan berteriak) "I'M SORRY MADAM! I'M SORRY MADAM! ASTAGHFIRULLAH!!"

Pada dasarnya, kharis ini berusaha ramah kepada kami terutama kepada anak-anak kami. Hanya saja, gesture dan cara bicaranya yang 'kasar' dan 'tengil' bikin kami menjaga jarak selebar-lebarnya. Tambah lagi ngga bisa bahasa Inggris :D

Setibanya kembali ke kantor, Sami rekan kerja kami pun bertanya sambil ketawa-ketawa kepada kami
"What have you done to that poor kharis? He's a good man.."
Sejak peristiwa siang ini, kharis makin berusaha sangat ramah. Jika dulu senyumnya ala kadarnya, sekarang sumringah banget dan selalu bertanya "How are you?"

Wakakakakakak. Sebuah cerita lagi tentang tabrakan kultur dan berujung salah paham. Pelajaran bagus buat si kharis dan tentu saja, buat kami para pendatang :)

1 comment:

Rumah Cahaya said...

heuheueuhehueuueee...... mamin ..kebayang ... yang lagi sibuk dg klapertart & 2 krucilz musti siaga dengan nenteng panci buwat nggetok oknum tak dikenal :P ( berharap ada poto mamin nenteng panci siap action )