Sunday, January 21, 2007
Aroma Sedap dari Dapur Maya
Memasak selain merupakan kebutuhan juga merupakan kegiatan yang menyenangkan. Bahkan sekarang banyak muncul klub-klub masak dan memiliki prestise tersendiri. Kalau dulu memasak identik dengan "si mbok" atau ibu-ibu paruh baya, sekarang lihat sendiri...ibu-ibu muda bahkan wanita muda yang belum menikah tak segan turun ke dapur.
Fenomena ini tampaknya berkembang sejalan dengan makin mudahnya masyarakat mengakses internet dan kebutuhan akan memasak sendiri, yang sudah memasuki fase merupakan "gaya hidup." Coba saja "googling" di internet tentang sebuah topik masakan, ribuan topik akan bermunculan, dari mulai resep, sekolah kuliner sampai blog-blog tentang masak. Kalau dulu saya harus menelpon atau menghubungi ibu saya hanya untuk mendapatkan sebuah resep, kini hanya tinggal dengan sebuah "klik", ratusan bahkan ribuan resep dengan berbagai variasinya akan muncul di layar monitor. Mulai dari resep sayur lodeh sampe chicken cordon bleu ada di sini lengkap dengan step by step cara membuatnya. Favorit saya adalah sebuah situs pribadi milik Riri dan Belanga, yang cukup lengkap dan sistematis menyajikan aneka resep menu makanan, dari sambal, makanan kecil, hidangan penutup hingga makanan berat.
Tak hanya sampai di situ, klub-klub masak dan mailing list masak lokal pun bermunculan untuk mengakomodasi hobi memasak seseorang, sebut saja Natural Cooking Club, Dapur Bunda dan Belajar Memasak. Semua orang bebas bergabung, tak terkecuali saya yang tak pandai memasak. Justru dari sinilah, saya dapat belajar dan bertukar informasi dengan anggota lainnya bahkan dengan para pakar dan suhu kuliner. Seperti yang dilakukan Budi, seorang pakar boga, yang tak segan berbagi ilmu kuliner dan boga pada yang membutuhkan, dan siap menjawab keingintahuan kita, melalui blognya. Pertukaran ilmu tak hanya dilakukan di dunia maya. Secara berkala sering diadakan pula kursus memasak atau membuat kue. Tempatnya bisa di salah satu rumah anggota, di toko bahan kue, gedung pertemuan bahkan hotel bintang lima.
Dari sinilah kemudian bermunculan blog/situs pribadi yang mengusung topik masak-memasak/resep atau biasa dikenal dengan Food Blog (Foodlog). Tak sulit bagi saya untuk dapat mengetahui resep andalan keluarga seseorang. Dan tentunya cerita seru dibalik resep yang ada. Ibu-ibu sekarang, tidak lagi hanya berkutat dalam kepulan hawa dapur yang panas, tapi juga tak gagap teknologi. Canggih yah? Untuk bisa membuat blog setidaknya kita perlu memahami bahasa-bahasa sederhana HTML, bisa mengoperasikan kamera digital, bahkan kamera video (untuk membuat video blog), menguasai teknik fotografi sederhana dan menguasai photoshop secara garis besar. Ya...Inilah yang terjadi ketika kesibukan di dapur bertaut dengan kemampuan yang melek teknologi.
Melalui blog, mereka termasuk saya "memamerkan" hasil karya di dapur. Tak pelak keinginan untuk memamerkan karya food photography yang apik juga ikut muncul. Coba perhatikan foto-foto kuliner karya Riana dan Eliza. Atau Cupcakeblog, Chubby Hubby dan The Food Palate. Cantik bukan? Ajang pajang karya di blog juga dapat terus mengasah rasa percaya diri dan kecintaan pada dunia kuliner. Kemudian saling bertukar komentar dengan pengunjung blog dan akhirnya menjalin tali pertemanan. Tak tanggung-tanggung, saya bisa mendapatkan teman yang tinggal di belahan dunia lain. Bahkan saling menghantarkan "hasil karya" ke rumah teman-teman masing-masing.
Banyak pula yang menjadikan blog sebagai ajang promosi kepandaian seseorang membuat kue atau memasak. Kita bisa memesan kue melalui blog. Tengok saja yang dilakukan Yuli, melalui Proyekdapurku, ia menerima pesenan cupcakes untuk berbagai acara. Ada pula Peni dengan Cake miracle-nya yang bisa menghadirkan cake-cake cantik untuk acara spesial kita. Luluk dengan cap Mamalehe-nya yang spesialis bermain dengan fondant untuk dekorasi cake. Atau Nonon melalui Dapurnya yang mungil, mulai memberanikan diri mengeluarkan label sendiri mengambil nama buah hatinya, Anaya. Dan masih banyak lagi contoh lainnya.
Seperti candu, banyak yang tadinya tak terlalu cinta dunia masak, kemudian malah terjangkiti virus kuliner. Timbul rasa ingin terus "menaklukkan" resep-resep baru. Dan semakin rajin mengikuti kursus-kursus memasak. Belum lagi tawaran kursus yang makin marak di internet. Seperti teman saya, Anne, seorang wanita karir yang memilih berhenti bekerja kemudian menjadi ibu rumah tangga, sangat tergila-gila pada kursus. Ia memang menikmati keikutsertaannya berkelana dari satu kursus dan kursus lainnya. Hasilnya tentu saja tak mengecewakan. Pada hari ulangtahun suami dan anaknya, Jasmine, ia menyiapkan sendiri cake cantik dan semua keperluan goodie bags-nya. Tentunya pujian dari orang sekitar makin menambah rasa percaya diri dan menguatkan nyalinya untuk menerima pesanan kue, dan menghadirkan masakan bak racikan chef hotel bintang lima.
Perkembangan Foodlog tak hanya sampai di sini saja. Kemampuan mengoperasikan kamera video dan editing memunculkan Foodlog yang Vlog, maksudnya Food Blog dengan Video Blog. Jadi Food Blog tidak hanya terdiri dari gambar visual saja tapi juga menggambarkannya secara audio visual. Pernah mampir ke Crashtestkitchen milik Waz dan Lenny, pasangan suami istri dari Inggris yang dinobatkan sebagai Person of the Year 2006 oleh majalah Time? Mereka melakukan inovasi Foodlog melalui genre video blog. Kegiatan mereka di dapur diabadikan dalam bentuk video dan dapat disaksikan jutaan pasang mata di seluruh penjuru dunia. Saya sendiri pernah melakukannya (silahkan klik di sini), tapi belum cukup percaya diri untuk membuat video-video kuliner berikutnya, mengingat ketrampilan memasak saya yang masih bersifat pemula.
Beralih ke manajemen resep. Masih segar dalam ingatan saya, bagaimana ibu saya menyimpan resep-resep peninggalan Eyang saya dalam bentuk buku dan tulisan tangan. Sekarang buku itu sudah berwarna kuning, kumal dan terlihat noda-noda minyak di sana-sini. Bahkan ada beberapa halaman yang sudah robek, lapuk dimakan usia. Thanks to technology, sekarang saya mem-file-kan resep-resep saya dengan bantuan software-software kuliner yang saya dapatkan dari internet (silahkan "googling"). Sebut saja Organized Gourmet. Dengan software ini, resep-resep saya tersimpan rapi lengkap dengan keywords yang memudahkan saya dalam pencarian resep. Ada juga fitur shopping list yang membantu saya mengecek bahan masak yang sudah habis dan tidak tersedia di dapur.
Jaman sudah berubah, masuk dapur tak perlu malu, tapi merupakan bagian dari gaya hidup. Punya Food Blog dan bisa masak menghadirkan kebanggaan tersendiri. Hawa dapur berhembus, aroma sedap masakan menerbitkan liur lewat dapur-dapur maya.(Dita)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Huhuhu...cuma gw kali ya Dit yang gak kena pengaruh dapur dunia maya :D
Post a Comment