Wednesday, January 10, 2007
Sekolah tanpa Ijazah : Menjadi Orangtua
Banyak yang bilang, tingkat kebahagiaan kita akan berkurang pada saat memiliki anak. Hidup tak lagi sebebas dulu. Mahluk kecil darah daging kita, menyita hampir seluruh perhatian dan tenaga. Tanggung jawab besar serasa menjadi beban di awal-awal kehidupan mereka. Di saat dunia terlelap, kita terbangun untuk mereka. Frustasi karena tangisan yang tak kita mengerti artinya dan tiada hentinya. Hidup kita seluruhnya didedikasikan untuk mereka. Tak ada lagi waktu untuk memikirkan diri sendiri. Tak ada lagi kongkow-kongkow di mal, menghabiskan uang tak karuan.Bahkan kita hanya perlu waktu 2 menit untuk mandi. Semuanya berubah. Untuk sementara panggung kehidupan sosial kita tertutup layar. Dan tiba-tiba kita merasakan pekerjaan yang sangat kompleks dan rumit.....mengurus mereka.
Sejak awal tangisan mereka membahana, kita belajar menjadi orangtua. Profesi yang tidak ada sekolahnya, tidak ada gelar dan tidak ada ijazahnya (saya menyebutnya sebagai jenjang S2, kemudian S3 dalam bidang psikologi perkembangan anak). Kita belajar dari awal, dari hal-hal sederhana seperti mengganti popok, memandikan bayi sampai bagaimana merencanakan masa depan mereka, menentukan bagaimana peran kita dalam kehidupan mereka dan tipe orangtua seperti apa yang kita dan mereka harapkan. Beribu ekspektasi dan harapan-harapan yang baik-baik, kita panjatkan, demi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Tetapi dibalik itu semua ada sebuah makna yang dalam artinya dan jauh lebih membahagiakan...hidup kita menjadi lebih berarti, kita belajar bagaimana mengartikan dan memahami hidup. Ingatan kita seperti diputar balik, mengingat kembali apa yang sudah dilakukan orangtua kita terhadap anak-anaknya. Betapa perjuangan hidup yang tiada hentinya. Saat ini, kita memang merasa kurang nyaman, frustasi dan kurang tidur, tapi kita juga harus percaya, suatu hari atau suatu saat, kita akan merasakan kegembiraan dan kecintaan memiliki seorang anak.
Seperti halnya pendidikan di sekolah, menjadi orangtua juga bisa sangat membingungkan dan sulit. Tapi menjadi orangtua mengajarkan kita untuk memahami orang lain, menyaksikan keajaiban dari perkembangan anak kita, belajar kesabaran, melayani dan yang utama belajar mencintai secara tulus apa adanya. Menjadi orangtua adalah pelajaran untuk menjadi manusia seutuhnya.
Menjadi orangtua, adalah pelajaran hidup dan profesi yang tidak akan pernah berakhir. Bahkan di saat malaikat kecil kita telah tumbuh menjadi dewasa, mereka masih mendengarkan, masih berkonsultasi dengan kita dan masih meminta kita untuk men-support mereka.(Dita)
"A baby will make love stronger, days shorter, nights longer, bankroll smaller, home happier, clothes shabbier, the past forgotten and the future worth living for." (Anonymous)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
life --termasuk being a parent-- is a real school, dat what my hubby always says. Makanya gw ga pernah peduli ga bisa nerusin sekolah ke S-2, apalagi S-3.
soal sayang anak, itu pula mungkin yang membuat aku cenderung "mengobral" semua yang indah-indah bila "menimang" Damar: "Matahari Mama, Bulan Mama, Bintang Mama, Permata Hati Mama, Harta Mama yang Paling Berharga....
eh, akhir-akhir ini dia suka nambahin sendiri "Kasep, Bageur.... --bahasa sunda: ganteng dan baik---, entah darimana dia dapat kata-kata itu....
Post a Comment