Our previous journey: Kuwait

Tuesday, July 31, 2007

Review Sebulan di Kuwait

Sudah sebulan Papin di negeri berpasir ini. Sudah banyak hal yang bisa dicatat selama ini, diantaranya :
  1. Suhu Kuwait yang 'kurang ajar' sudah bisa diantisipasi dengan perasaan lebih sabar tidak emosional. Paling buru-buru cari tempat ber-AC dan meminimalisasi kegiatan luar ruang yang tidak penting seperti ngeceng gadis-gadis Arab di pinggir jalan *aduh digaplok Mamin!*
  2. Makanan lokal sudah banyak yang bisa diadaptasi oleh lidah. Shawarma, tikka, meshaltit sudah 100% compatible dengan OS (Operating System) lambung. Porsi makanan juga sudah pinter-pinter mengukur sesuai kapasitas lambung. Hanya saja Yoswar masih dalam proses adaptasi dan belum sempurna, ditandai dengan aktivitas buang angin yang cukup sering (TIDAK PADA TEMPATNYA!) dan menimbulkan aroma yang mematikan.
  3. Masih seputar makanan, kami sudah menemukan tempat yang menyediakan menu khas Indonesia atau Asia dari yang murah hingga yang mahal.
  4. Transportasi masih bergantung pada Tariq dan sesekali nebeng Mas Heru. Sempat mencoba angkutan bus umum tapi masih sebatas rute yang sudah kami kenal, itu pun ditemani oleh Mas Yok dan Mas Sofyan.
  5. Sudah bisa membaca nilai Kuwait Dinar dengan lancar dan membandingkan dengan nilai Rupiah. Sehingga tidak lagi terjadi salah kalkulasi pada harga suatu barang/jasa. Maklum, rata-rata digit angka Kuwait Dinar hanya 1 atau 2, contoh 1 KD atau 10 KD. Seolah-olah murah padahal kalau dirupiahkan menjadi Rp 30.000 atau Rp 300.000.
  6. Sudah mulai bisa mengkalkulasi pengeluaran seiring dengan masuknya salary pertama dan punya account bank di Gulf Bank dengan kartu debit yang memudahkan untuk berbelanja dan ambil cash di mana pun. Hari ini pun sudah berhasil transfer ke Western Union Indonesia.
  7. Sudah bisa memahami beberapa kata atau kalimat Arabic populer. "Asmaul" untuk "luar biasa", "Surra" untuk "cepat", "Kulu tamam" untuk "kabar baik", "La'!" untuk "tidak". Serta beberapa kata kotor yang sering diucapkan Sami tanpa mau menyebutkan maknanya.
  8. Belum berhasil mendapatkan tempat tinggal. Sempat membayar sebuah apartemen dengan jaminan kantor namun hari ini dibatalkan karena tetangga menolak kehadiran bujangan. Sementara Papin sudah harus minggat dari hotel. Tampaknya perjuangan memang masih harus dilanjutkan.
  9. Belum berhasil melakukan kembali aktivitas olah raga lari :(
  10. Dan yang terakhir, rasa kangen dengan rumah dan keluarga Neverland masih terasa hebat namun tidak terlalu menyiksa (walau sesekali masih tercekat), cenderung lebih stabil dengan ditandai intensitas kirim mengirim SMS lebih banyak dengan Mamin, dibanding dengan menggunakan Yahoo Messenger dan Skype yang bolak-balik gagal konek - Telkomnet Instant & Speedy sucks! Tidur pun sudah lebih tenang tanpa harus merasa 'sesak nafas' karena terbayang wajah-wajah keluarga Neverland.
Semua proses perjuangan ini tidak lepas dari bantuan Eman dan keluarga Mas Heru, gabungnya 2 hobbit Yoswar & Bayu dan kondisi tempat kerja yang sangat kondusif (thanks to Bader our cool boss & Sami our senior slave!). Dan tentu saja dukungan moril dari rumah, keluarga Neverland, orang tua kami dan Sang Maha.

Saturday, July 28, 2007

Ganti Ban dengan Suhu 52 Derajat Celcius



Mengganti ban di tengah terik matahari di Jakarta tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang kami alami baru-baru ini. Ban mobil mas Budi yang dikemudikan mas Heru tiba-tiba pecah ban dan harus ganti dengan serep. Buasnya angin panas Kuwait tidak kami pedulikan, yang penting ban segera diganti dan bisa melanjutkan perjalanan dengan AC menyala :D

Namun timbul masalah saat kunci roda tidak ditemukan. Kami harus mencari bantuan kesana kemari. Alhamdulillah ada seorang Kuwaiti yang bersedia meminjamkan kunci roda dan seorang Filipino yang (menyangka kami sesama Filipino) meminjamkan dongkrak buaya. Setelah berjuang menguras tenaga dan bermandikan arus keringat, kami bisa melanjutkan perjalanan.


Eman pun harus mengganti kemejanya karena kuyup oleh keringat

Hari ini suhu di Kuwait mencapai 52 derajat celcius! Dan menurut kabar, kami bukan satu-satunya korban ban pecah karena panas.

Friday, July 27, 2007

Furdha Fish Market

Photobucket - Video and Image Hosting
(click to enlarge the map)



Hari ini kami berkesempatan mengunjungi pasar ikan Furdha berdekatan dengan Souq Sharq Waterfront di pinggir pantai. Mas Heru dan mbak Ida bermaksud membeli beberapa kebutuhan masak memasak, ditemani oleh Mas Sofyan dan Mas Iyo. Sampai di pasar, bayangan Papin tentang pasar ikan seperti umumnya di Indonesia ternyata meleset.
Bangunannya sendiri cukup megah dengan interior dihiasi ornamen-ornamen yang ditata secara apik. Kondisi di dalamnya juga cukup bersih dan tidak kumuh.



Mbak Ida membeli udang 1 kg seharga 2,75 KD (Rp 82500) dan satu ekor ikan tenggiri dengan harga 2 KD (Rp 60000) per kg. Menurutnya, harga tersebut lagi mahal-mahalnya dan tergantung musim. Jika musim panas sekarang, beberapa jenis tangkapan laut agak sulit dipanen.

Melihat belanjaan mbak Ida, sudah terbit air liur kami membayangkan hasil masakannya di rumah nanti. Yummy!

More photos of Furdha fish market are in Flickr.

Location :
Lat 29 23.320
Long E47 58.730

Thursday, July 26, 2007

4 Hobbits and Their Barbie House

Setelah lama tertunda, akhirnya kami menyempatkan diri untuk melihat apartemen yang akan kami tinggali. Apartemen 3 kamar tidur 2 kamar mandi tersebut hanya berjarak 10 meter dari kantor dengan harga 300 KD per bulan (sekitar Rp 9 juta rupiah!)

Begitu membuka pintu, serentak sontak kami berempat berteriak, "BUSET!!!! WARNANYA!!!" Bagaimana tidak terkejut, kami langsung disambut tembok warna merah muda yang menghiasi hampir seluruh ruang apartemen. Saat masuk ke masing-masing kamar tidur, kami pun semakin membelalakkan mata. Ada kamar warna kuning mencrang, warna peach, warna oranye. Huahahahahahahaha... kami serasa masuk ke dalam rumah Barbie.






Diluar hingar bingar warna tembok, secara overall tempat tersebut sangat baik. 2 kamar mandi cukup bersih dan sudah tersedia air dingin & panas. Di dapur sudah tersedia rak dan wash basin lengkap dengan keran air minum. Juga tersedia penyedot asap kompor yang terletak di atas kompor - apa tuh namanya. AC menggunakan sistem sentral sehingga hanya satu setting untuk seluruh ruangan.

Setelah mengunjungi apartemen, kami pun kembali ke kantor dengan penuh rencana di kepala kami, salah satunya adalah beli cat untuk membinasakan warna-warna Barbie tersebut.

Update : 31 Juli 2007
Transaksi dibatalkan! Agen property memberi kabar bahwa tetangga satu gedung keberatan jika ada bujangan tinggal di sekitar mereka.

Wednesday, July 25, 2007

Reckless Driver 2



Seperti yang sudah diceritakan sebelumnya, mental & moral pengemudi di jalanan Kuwait terlihat kasar. Beberapa kali terjadi benturan dan gesekan kepentingan yang mengakibatkan serempetan, tabrakan atau bahkan kecelakaan fatal. Sami the Lebanese pernah menyebutkan sebuah ruas jalan yang kita lewati sebagai "suicide highway" atau "highway to hell" karena sering dipakai ajang kebut-kebutan mobil-mobil sport mewah para anak muda Kuwaiti.

Setiap kali kami berangkat kantor, pasti ada 1 atau 2 kendaraan teronggok di pinggir highway dengan kondisi mengenaskan. Dari kendaraan umum, truk sampai sedan mewah seperti Jaguar remuk tak berwujud menggambarkan kejadian yang sesungguhnya.



Kebetulan Papin baca sebuah artikel dari sebuah majalah Kuwait tentang hal ini. Headline-nya saja sudah sangar : Kuwait's Street Wars. Di situ ditulis bahwa kondisi perilaku pengemudi di Kuwait sudah mengkhawatirkan. Diperparah lagi tidak ada kekuatan hukum untuk menindak hal ini. Beberapa point yang ditulis dalam artikel tersebut diantaranya :

  • Denda melanggar batas maksimum kecepatan di highway adalah 'hanya' 50 KD (Rp 1500000). Jumlah ini dianggap terlalu kecil dan tidak akan bikin kapok para pelanggar. Lha kalo yang kebut-kebutan Lamborghini & Ferrari, denda 50 KD mah tinggal lepeh thok.

  • Kalau pun terjadi pelanggaran, hukum jadi lembek saat sudah bicara nepotisme. Orang-orang kaya di Kuwait ini umumnya cukup dekat dengan keluarga Raja. Takut lah yaw.

  • Dipermudahnya anak-anak orang kaya ini memiliki mobil sport tercepat tercanggih. Hadiah ulang tahun atau ucapan kasih sayang di hari Valentine : kunci mobil sport!

  • Dalam artikel di tulis, bahwa ada sekitar 100 nasionalities di jalanan, yang berarti sangat riskan terjadi benturan kultur atau kebiasaan mengemudi. Hal ini jelas berpengaruh besar pada kondisi berlalu lintas di Kuwait.

Hhmmmm... jadi mikir-mikir bawa kendaraan di Kuwait euy :D

Update July 26 2007
Baca juga tulisan Didats tentang hal ini di http://didats.net/page/392/the-dangerous-streets-are-in-kuwait/

Lunch with mr. Ambassador

Photobucket - Video and Image Hosting
(click to enlarge the map)



Karena ada urusan administrasi dengan KBRI (stempel kedubes pada ijazah S1 kami) kami pun berkesempatan mengunjungi perwakilan negeri kami dengan diantar mas Heru. Sesaat setelah masuk, kami merasa ada kehangatan ala rumah di KBRI. Sejauh mata memandang - seputar leher menengok semua orang-orang dari tanah air.

Tadinya kami hanya berniat meminta stempel, namun setelah ke mushola untuk shalat Dzuhur kami berkenalan dengan banyak staf KBRI dan dengan Pak Dubes Prof. Dr. Faisal Ismail! Bahkan kami berkesempatan makan siang bersama beliau dan rekan-rekan staf KBRI. Siapa yang mau menolak menu rumahan? Hare gene kaga makan nassii???? Setelah makan siang kami pun ngobrol banyak hal, terutama tentang situasi kehidupan bekerja & berkeluarga di Kuwait. Sejenak kami merasa KBRI menjadi semacam perwakilan rumah kami.

Terima kasih kepada Pak Faisal Ismail dan para staf KBRI yang telah memberikan secercah kehangatan rumah kepada kami.

Website KBRI Kuwait klik di sini.

Tuesday, July 24, 2007

Shawarma



Shawarma adalah sejenis sandwich dengan daging (ayam, domba, sapi atau kambing dicacah seperti kebab) dicampur dengan sayur-sayuran seperti layaknya sandwich. Dijual dengan harga paling murah 150 fils (Rp 4000-an), bahkan di IKEA pun dijual dengan harga paket (+ minuman soft drink) dengan harga 350 fils (Rp 10000-an). Makanan ini jadi andalan sementara saat sudah bingung mau makan apa saat kelaparan. Karena tidak mungkin terus menerus menyantap menu junkfood & makanan rumahan susah nemunya. Kecuali saat waktu senggang bisa bela-belain ke City.



Beberapa kali, kami menyempatkan diri untuk mampir ke warung shawarma dengan diantar si Tariq. Biasanya kami membeli sekaligus beberapa porsi agar bisa dimakan saat masih bekerja hingga malam. Tariq membantu kami berbicara dengan pemilik warung untuk memilih isi shawarma. Maklum, dari daftar menu hingga pemilik toko cuma bahasa Arab.

Bukan menu yang ideal tentunya. Walau teman-teman di kantor mengatakan bahwa shawarma masih relatif lebih sehat dibanding junk food, bagi kami yang sehat adalah menu nasi dan teman-temannya! Bukan yang lain :D

Monday, July 23, 2007

Our workplace



Ruang kerja di kantor kami benar-benar ditata dan diatur secara nyaman buat bekerja. Jika di tempat kerja kami sebelumnya kenyamanan tempat bekerja hanya diperhatikan dan diprioritaskan untuk jabatan head section atau manajer ke atas, di sini kami mendapatkan kehormatan untuk memilih warna ruangan, meja kerja, sofa dan kursi kerja (yang senyaman kursi manajer *ceile*) sesuai dengan kebutuhan kami. Walau kantor memberikan fasilitas pernik-pernik lampu, peralatan kantor, hiasan dinding (seperti poster film misalnya), kami terdorong untuk membeli sendiri. Sekedar agar benar-benar pas dengan selera. Eman sendiri berinisiatif membeli standing lamp (12 KD/Rp 350 ribuan) & table lamp (7 KD/Rp 200 ribuan) dari IKEA.



Kenyamanan tersebut dilengkapi dengan fasilitas alat kerja yang memadai : MacPro (high-end) dengan 2 CinemaDisplay (plus video monitor) untuk masing-masing personil.



Sebuah kenyamanan kecil yang sedikit banyak membayar harga betapa jauhnya kami berada dari rumah.

Sunday, July 22, 2007

Jajal Jalan-jalan Malam Pakai Bus

Photobucket - Video and Image Hosting
(click to enlarge the map)

Para bujangan Kuwait newcomer (Papin, Yoswar & Bayu) diajak Mas Sofyan & Mas Iyo ke City makan malam dengan menu Chinese/Filipino foods. Kali ini tidak naik taksi (karena maksimum penumpang sedan 5 orang termasuk taksi) tapi menggunakan transportasi bus. Lumayan buat uji coba ngrasain naik bus di Kuwait. Setelah jalan kaki ke halte, bus no 102 tiba dan kami berbondong naik dengan membeli karcis 150 fils (Rp 4000-an). Rute lengkap bus-bus Kuwait city bisa dilihat di sini.



Pemandangan & suasana City sedikit berbeda dengan pemandangan yang selama ini Papin lihat. Maklum rutenya kalau tidak hotel - kantor atau apartemen mas heru - kantor yang tidak pernah lepas dari jalan highway Kuwait. Suasananya seperti Blok M atau Pasar Baru. Penuh sesak, crowdy, banyak kios-kios barang murah, parkiran penuh, sedikit macet dan tentu saja banyak bus ngetem.


Turun dari bus, kami berjalan kaki di antara keramaian orang, mostly India & Filipina. Masuk ke gedung pertokoan suasananya seperti ITC Mangga Dua. Di dalam kami masuk ke restoran Filipina dengan menu Chinese food. Rasanya benar-benar mengingatkan masakan rumah, terutama sambal-nya. It's not that pricey. Satu jenis makanan antara 1 KD hingga 1,5 KD (Rp 30000 - an). Best of all, porsinya cukup dan sesuai porsi perut kami.


Setelah kenyang dan membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari, kami pulang kembali naik bus. Kali ini bus cukup penuh sesak dan beberapa kali berhenti untuk ngetem mencari penumpang. Hanya saja, penumpangnya pria semua. Maklum, jam sudah menunjukkan pukul 10:30 malam :D



For more about Kuwait City bus route click here (Flash .swf formatted)

Friday, July 20, 2007

Jomblo Malam Jum'at



Besok libur!! Jihaaa....!! Setelah keluyuran ke Avenue Mall, 4 hobbit pulang ke rumah Eman dan ngerumpul di kamar keponakan Eman, Gaga. Gitar-gitaran, nonton DVD, internet-an berempat. Sudah kaya anak kuliahan nginep di kamar kos-kosan.



Sesaat kemudian, 4 hobbit ini bercengkerama via Yahoo Messenger dan webcam dengan teman-teman yang pernah satu kantor di RCTI dulu dan yang masih di RCTI. Ada juga Anton Fatoni eks karyawan kontrak Promo. Kemudian Ayu, yang sudah keluar dari RCTI (sekarang sedang kuliah di London) jadi sasaran becandaan jomblo-jomblo ini. Sempat balas-balasan email dengan Rahmat yang sedang disiksa project besar HUT RCTI.



Lucu, walau kita sudah tidak satu atap, kita masih bisa saling bercanda seperti layaknya dulu. Gersangnya Kuwait jadi tidak terlalu menyiksa 4 hobbit ini, terbayang suasana kehangatan Kebon Jeruk masih lamat-lamat di depan mata.


Wednesday, July 18, 2007

Tariq the Taxi Driver



Jalan kemana-mana, kami berharap banyak dengan taksi langganan keluarga Eman. Ada 2 yang biasa digunakan, salah satunya Tariq (ralat : sebelumnya salah sebut Tarekh), si supir taksi dari Pakistan. Di sini semua taksi menggunakan argo kuda, tapi dengan Tariq kita bisa melakukan perjalanan dengan tarif yang masih masuk akal dan tidak ada resiko dikibulin. Setiap saat Tariq bisa dihubungi di telepon genggamnya, bahkan disuruh beli makanan pun Tariq tidak keberatan.

Tariq meninggalkan Pakistan tahun 1979 dan bekerja sebagai Electrical Supervisor di Kuwait selama hampir 26 tahun. Karena alasan kelelahan (mesti naik-naik ke menara dengan cuaca panas nan buas) akhirnya memilih jadi supir taksi sampai sekarang. Setiap bulan Agustus pulang liburan ke Pakistan, menjenguk anak-anak dan cucunya. Bahkan salah satu putrinya sekarang sudah menikah dengan pria Italia dan berumah tangga di sana.

Tariq juga sering membantu saat kami membutuhkan informasi-informasi seputar Kuwait. Bahkan kadang-kadang sering berperan sebagai perantara saat kami harus berkomunikasi dengan Kuwaiti yang tidak bisa berbahasa Inggris. Tariq rocks!

Monday, July 16, 2007

4 Hobbits are in Kuwait



Akhirnya, Bayu dan Yoswar tiba juga di negeri berwarna coklat ini untuk bergabung dengan Papin dan Eman bekerja di Alwatan TV. Malam ini kita temu kangen nginep bareng di hotel. Kebetulan kamar hotel yang ditempati 2 hobbit ini lebih luas dibanding kamar Papin.



Mentang-mentang satu kampung ngumpul, sajian utamanya mie instant pakai air panas. Dan aktivitas selain ngobrol ngerumpi juga berinternet menggunakan wifi router punya Eman. Maklum, Papin, Bayu & Yoswar harus selalu update dengan mereka yang ditinggalkan di tanah air dengan chatting, email & blog.

So now, we are the hobbit in the desert of Middle Earth ... um.. maksudnya Middle East.

Lunch Time : Porsi Kuli


Sekali lagi, makan siang di Avenue Mall. Berempat bareng Eman, Sami si Lebanon & Mohammad si Mesir. Bingung makan di mana akhirnya memilih TG Friday. Dari harganya sebenarnya sudah terbayang pasti mahal pisan. Benar saja, rada ketar-ketir setelah lihat menu, harganya bisa berkepala 3 KD sampai dengan 6 KD. Untungnya ada yang 1.950 KD. Lumayan lah. Minumnya sendiri juice buah seharga 1.500 KD.


Saat makanan tiba, kami berempat sontak tertawa karena melihat porsinya yang luar biasa besar. Eman sempat panik melihat hamburger-nya berdiri tegak setinggi mukanya sendiri, tediri dari 2 roti, 1 daging tebal dan 4 onion ring tebal.

Papin sendiri pesan daging barbeque dengan salad. Porsi dagingnya sendiri tidak terlalu besar, tapi saladnya mbleber seantero piring. Untungnya Papin masih bisa menghabiskan, walau juicenya juga porsi raksasa, disajikan dengan gelas sebesar mangkok.




Tampaknya memang mesti banyak-banyak belajar memahami bagaimana makan yang tepat & murah di Kuwait. Kenyang tapi tidak terlalu mahal dan tidak terlalu besar. Daripada mahal tapi banyak tersisa tidak termakan.

Sunday, July 15, 2007

Lunch Time : Noodle Factory



Mohammad the Egyptian tiba-tiba datang ke ruangan kerja Papin dan Eman, mengajak makan siang dan dia ingin makanan yang noodle dan pedas-pedas. Berangkatlah kami ke Avenue Mall dan memilih restoran Noodle Factory. Wow! Indonesian food! Bakmi goreng! Nasi goreng! Waahhhh... jadi bikin pengen pulang.

Dan ternyata pelayannya banyak dari Indonesia, salah satuya Didi yang tinggal di wilayah Kampung Utan, Ciputat. Beliau tampak ramah ngobrol singkat dengan kami berdua (Mohammad asik 'ngeceng').

Harganya sendiri 'tidak-terlalu-mahal' untuk ukuran Kuwait. Bakmi yang Papin pesan seharga 2.5 KD (Rp 70.000-an) dengan teh jasmine 1 KD. Eman pesan Nasi Goreng dengan harga yang sama dengan Bakmi Goreng. Rasanya sendiri cukup mendekati saat kita membeli mie goreng gerobak dok-dok. Bedanya hanya lebih manis sedikit ;D

Berikut detail bon pesanan kami :
1 Water Large 1.000
1 Pepsi 0.750
1 Jasmine Tea 1.000
1 Bakmi Goreng 2.500
1 Malay Chow (sejenis Kwe Tiauw) 2.900
1 Nasi Goreng 2.500
1 Szech Beef (sejenis sapi lada hitam?) 2.950
1 Veg Rice 0.900

Dengan total 15.000 KD (setara Rp 450.000!!) harga ini jelas terlalu mahal jika dibandingkan di Indonesia, tapi buat di Kuwait bagi kami harga ini adalah harga kangen makanan khas Indonesia. Walau begitu, kami tetap berharap bisa menemukan tempat lain yang jauh lebih murah demi mengobati lidah kami untuk merasakan santapan khas rumah.

Monday, July 09, 2007

Nggak Pusing Komunikasi Jarak Jauh



Sebelum Papin berangkat, kami sudah bersiap diri dengan alternatif komunikasi yang bisa membunuh rasa kangen kami. Pilihannya berupa telepon sambungan langsung internasional (SLI), sms, e-mail dan chatting. Option pertama tidak berhasil merebut hati kami, image sambungan internasional mahal kok kuat banget menempel di benak kami. Telpon-telponan pake SLI rasanya kayak dikejer-kejer argo :) dan dibatasi waktu. Pilihan kedua, sms masih bolehlah, tapi tetep aja terbatas kan? Gak bisa ngobrol ngalor-ngidul panjang lebar. E-mail, so pasti dong dipilih, bisa cerita panjang lebar dan bisa langsung bales-balesan pula. Lewat chatting lebih seru lagi, saat itu juga langsung bisa ke bales kalo pas lagi sama-sama online, apalagi kalo dilengkapi dengan webcam, bisa saling tatap muka.

Ada lagi nih alternatif lain yang bikin kami girang. Secara gak sengaja, pas lagi jalan-jalan ke Rumah Matahari Bintaro Plaza, Papin menemukan Skype USB VOIP Phone buatan Taiwan (telpon "skype-skype-an" nih, detilnya baca aja di pinotmac). Kebetulan kita nemu Skype USB VOIP Phone ini dengan harga lumayan murah, lagi diskon pula! Langsung aja disamber. Kalo telpon Skype asli mah bisa seharga 400 ribuan.





Nah, dengan telpon ini kami bisa asik-asik telpon-telponan tanpa terbebani biaya SLI dan sejenisnya. Gratisan pula, hanya perlu koneksi ke internet dan punya account Skype

Buat nelpon ke telpon biasa atau handphone juga bisa, tapi kalo yang ini kita harus beli credit sebesar minimal 10 US Dollar untuk penggunaan selama 7 jam....lumayanlah.

Balik lagi ke telpon Skype, dengan kelengkapan webcam di masing-masing komputer, kita juga bisa saling melihat lawan bicara, asik kan! Sambil nelpon bisa liat-liatan antara Papin yang nun jauh di seberang dunia dengan Mamin, Arwen dan Leia. Sayang koneksi internet Mamin di Indonesia rada bapuk jadi sering gak sukses kalo mau video call, sementara kita bisa memandangi wajah Papin dengan lancar-lancar aja.

Photobucket - Video and Image Hosting
Papin, Mamin & Arwen chatting dengan Yahoo Messenger

Melakukan video call inilah yang paling sering kami lakukan. Biaya yang dibayarkan hanya biaya internet aja, gak perlu keluar biaya telpon :).

Hari gini masih bingung komunikasi jarak jauh? Gak lah ya! Asal punya koneksi internet memadai dan modal USB VOIP Phone model Skype gini, bisa jadi solusi mengobati rasa kangen dengan orang-orang tersayang yang terpisah jarak.

Avenue Mall

Photobucket - Video and Image Hosting
(click to enlarge the map)





Setelah ngelembur tadi malam, Papin & Eman kesiangan berangkat pas jam makan siang dan belum sempat mengisi perut. Karena lapar, akhirnya kami didrop oleh Tarekh di Avenue Mall yang kebetulan satu arah perjalanan ke kantor. Eman sekalian mau beli lampu di IKEA buat ruangan kami. Papin demen banget, karena akhirnya ke IKEA! Maklum, seumur hidup baru sekali ke IKEA di Singapura. Dan katanya yang di Avenue Mall ini gede pisan. Mallnya sendiri cukup besar. Hampir seperti Senayan City tapi melebar ke samping. Papin takjub, ada mall seperti ini 'di tengah' gurun. Sayang larangan menggunakan kamera di tempat ini sangat ketat. Jadi mesti sembunyi-sembunyi untuk membuat dokumentasi. Apalagi Mamin di Indonesia minta titip laporan pandangan mata tentang IKEA di mall ini.



Update :
There are lots of photos about Avenue in Flickr :
http://www.flickr.com/search/

Sunday, July 08, 2007

Reckless Driver

Di Kuwait, pengendara mobil terlihat selalu memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Walau rambu-rambu seperti "Speed Leads to Prison or Death" menghiasi pinggiran jalan highway, tetap saja pedal gas selalu diinjak dalam-dalam. Beberapa kali Papin melihat mobil teronggok ditinggalkan pemiliknya di pinggiran highway dengan kondisi penyok karena kecelakaan atau tabrakan dengan mobil lain. Dari sedan Jepang seperti Toyota hingga sedan mewah seperti Jaguar atau Mercedes.

Saling memaki dan mengomel sudah menjadi santapan Papin saat naik taksi. Baru-bari ini Papin menyaksikan sopir taksi langganan Eman bernama Tarekh dari Pakistan bersitegang dengan pengendara lain gara-gara pindah jalur nyaris terserempet. Tampaknya memang tidak berbeda jauh dengan karakter pengendara ugal-ugalan di Jakarta, terutama angkutan umum. Bedanya hanya, saat bersitegang, satu sama lain menggunakan bahasa asal negaranya. Jadinya teu nyambung, cuma bentak-bentakan tanpa makna.

Friday, July 06, 2007

Malam Jum'at Malam Gaul

Photobucket - Video and Image Hosting
(click to enlarge the map)


Kuwait yang saat siang terlihat lengang, pada saat malam Jum'at (besok hari libur) jadi malam gaul. Semua tumplek plek ke jalan. Dari yang muda sampai tua. Kalau perlu semalaman penuh bersuka ria. Yang ngeceng, yang dikeceng, yang main-main dengan keluarga, yang kebut-kebutan, yang trek-trekan (sepeda motornya bukan bebek kayak di Indonesia, tapi motor balap gede!). Kami berjalan-jalan ke Marina, nongkrong-nongkrong melihat suasana.



Andai Papin bisa mengambl foto lebih banyak, mungkin bisa terbayang seperti apa. Sayang, baru coba-coba ambil foto disamperin security setempat sambil berkata-kata "Delete delete! No photography!" Jadi saja mesti kucing-kucingan dan ngumpet-ngumpet. Padahal daerah sini bisa dianggap sebagai tempat wisata. Mungkin karena penampilan kita dianggap mencurigakan. Yha begitulah kalau sudah paranoid, mau melamun saja bisa disamperin security.

Jalan-jalan Sore

Photobucket - Video and Image Hosting
(click to enlarge the map)


Ini suasana sore hari jam 7:00 di Hawali saat Papin & Eman ke toko buku Jarir.