Our previous journey: Kuwait

Friday, September 25, 2015

Kardus-kardus Pindahan Dari Kuwait Sudah Tiba!

Dapat kabar kalau kardus-kardus pindahan dari Kuwait sudah sampai di sini. Setelah beres urusan administrasi dan custom, kami diharuskan mengambil sendiri 16 kardus tersebut di sebuah gudang di New Jersey.

Mengambil 16 kardus pindahan.
Di sebuah gudang.
Di New Jersey.

Definitely a new adventure.



Seumur hidup di sini baru 2 kali ke New Jersey. Sekali cuma lewat saat menjajal Zipcar keluyuran ke luar kota, lalu kedua kalinya saat ke rumah teman di Hoboken. Dan ini pertama kalinya naik kereta api PATH (Port Authorization Trans-Hudson) yang nyebrang kali Hudson. Naik dari stasiun 34th Herald Square, penjagaan sangat ketat sehubungan dengan kunjungan Pope ke mari. Setelah tas digeledah oleh petugas, beli tiket MetroCard 2-trip card $5.

Mengambil stasiun terakhir Journal Square, perjalanan dari Manhattan memakan waktu 1/2 jam. Dari sana ngga nemu bis sesuai panduang Google Maps dan Transit app. Asli, ternyata transportasi publik di sini mbingungi. Beda dengan New York yang hari pertama saja udah bisa pede keluyuran berbekal panduan Google Maps thok. Putus asa karena waktu sudah mepet, akhirnya naik taksi yang mangkal dekat terminal. Dan ternyata pakai argo kuda, $25 untuk jarak cuma 5-6 km. Meh.

 

Sampai di kawasan pergudangan yang dimaksud, sudah ada Pak James dengan mobil van-nya, siap membantu mengantar dan mengangkat 16 kardus tersebut. Antrian clearance cukup panjang, suasananya seperti di pelabuhan atau pergudangan pada umumnya. Isinya kebanyakan kuli angkut yang berbahasa Spanyol, dengan sesekali berbahasa inggris untuk melontarkan sumpah serapah hahaha.

 
Satu persatu kotak-kotak kardus dari Kuwait ini masuk van Pak James, yang dicorat-coret vandals di rumahnya. Penampakannya jadi ghetto pisan :D

Setelah beres clearance form-nya, kami diperintahkan untuk ke pintu gudang dengan membawa kendaraan angkut. Sempat ketar-ketir takut van Pak James ngga muat. Kalau ngga muat, mesti nginepin kotak-kotak ini lagi dengan biaya yang ngga murah. Dan males aja balik lagi ke sini. Untungnya muat, malah ada space kosong. Tahu gitu bisa nambah 3-4 kardus lagi dari Kuwait *LHO??* :D

 

Sejam kemudian - setelah muter sana muter sini karena jalan dialihkan sehubungan kunjungan Pope - tiba di rumah. Kardus-kardus yang 12 bulan tidak pernah menghirup udara luar ini akhirnya dibuka satu persatu. Aroma apartemen Salmiya masih terbawa, membawa suasana nostalgia. Krucil tampak sangat excited saat mereka mulai nemu satu persatu barang bersejarah mereka dari Kuwait.

Video saat Pudsey bear masuk vacuum bag di Kuwait bulan September 2014 dan dibuka kembali setekah setahun kemudian di New York.

Alhamdulillah. Dengan tibanya kardus-kardus ini, sepenuhnya lengkap sudah proses pindahan kami dari Kuwait ke New York.

Wednesday, September 23, 2015

Pameran Seni Singapura

 

Hari ini ada pameran seni instalasi dari Singapura di taman Madison Square dekat kantor Papin. Sore, saat pulang kerja, janjian ketemuan sama krucil dan Mamin di taman tersebut untuk melihat-lihat eventnya.

 

Dari beberapa booth, favorit kami adalah booth yang mengajak pengunjung untuk turut corat-coret menggambar. Krucil excited banget di tempat itu dan ngga pergi-pergi. Yang menarik, kami masuk di Instagram seniman si pemilik booth, dengan foto Papin lagi nggendong Neo menggambar langit-langit booth :D


A photo posted by Speak Cryptic (@speakcryptic) on

Sunday, September 20, 2015

Menggambar Di Mana Saja



Sudah menjadi kebiasaan kami jika bepergian selalu membawa peralatan gambar, sehingga anak-anak bisa menggambar kapan saja di mana saja, serta mengurangi ketergantungan pada gadget dan iPad mereka. Kegiatan menggambar di mana-mana ini sering menarik perhatian orang sekitar, seperti hari ini saat di kereta pulang.

Wednesday, September 16, 2015

Jadi Snapchat Artist di Salah Satu Event NYFW

Kota ini lagi heboh penghelatan fashion selama seminggu, NYFW. Papin kedapetan tugas jadi Snapchat artist dari agency. Setelah eksperimen menggambar di Snapchat selama sebulan, ternyata ada klien, COACH, yang suka dengan gambar-gambarnya dan diminta untuk menggambar di acara fashion mereka. Live, tanpa edit. Menggambar 10 snaps dengan waktu hanya 2 jam.



Rada ketar ketir ngebanyangin suasananya. Kebayang nggambar di sebuah event gede, oleh brand gede pula. Kebayang kalau ada masalah teknis, ngga bisa upload, gambarnya ngga sesuai harapan klien. Tapi langsung pede, karena yakin situasinya ngga jauh beda dengan pekerjaan news graphic saat ada breaking news - sempet kerja di news RCTI selama 7 tahun. Somehow agak kangen dengan pressure kerjaan seperti itu.

 

Sampai di lokasi langsung digeret ke backstage yang rusuh banget suasananya. Tempatnya kecil pula, setiap nggambar mesti siap kesikut atau kesenggol orang lewat wira wiri. Di tempat ini pula, Papin harus bikin 7 snap. Yeuk mareeee.

 

Bagai Coki Pelukis Cepat, Papin berhasil membuat 7 snap dan langsung upload setelah di-approve klien yang selalu ngintil di sebelah. Untung kliennya ngga bawel, paling cuma kasih input nama brand atau text yang mesti ditulis di caption.


Rebutan spot di tempat berdiri yang sungguh sempit

Berikutnya, Papin harus rebutan tempat bareng fotografer & videografer di media pit yang sangat sempit, untuk membuat 3 snap suasana di runway, dalam waktu hanya 15 menit!



Beruntung cuma pegang Samsung Galaxy Note, bukan kamera DSLR atau video yang harus diangkat tinggi-tinggi untuk dapat angle bagus. Tiga kali jepret, gambar, upload dan alhamdulillah lancar.

Selesai acara, klien langsung nyamperin dan berterima kasih sambil ketawa-ketawa "Are you okay?"
Sebuah pengalaman baru yang seru. Ngga nyangka, bekerja di kota ini bisa melakukan pekerjaan seunik ini. Sederhana tapi sekaligus kompleks. Semua gara-gara perkembangan social media.
Dan kali ini Snapchat yang sedang hot.

Asik. Seru. Sudah pasti mau kalau ada kerjaan begini lagi. Memang bener mirip dengan kerjaan breaking news: dalam hitungan detik dan menit harus tayang. Selesai tidak selesai kumpulkan!