Setelah urusan pindah-pindahan rumah selesai, PR berikutnya adalah daftar sekolah. Urusan rumah dan sekolah ini sebenernya saling berkaitan. Kalau kita gak tinggal di daerah sekolah tersebut (Public School), kita gak bisa mendaftar di sekolah tersebut.
Cerita dulu dikit yah, soal latar belakang pemilihan sekolah. Jadi pada awalnya yang kita lakukan adalah browsing Public School/PS secara online. Kami kumpulkan semua PS-Elementary School yang punya rating dan reputasi bagus. Ini sudah kami lakukan sejak masih di Kuwait dan Indonesia. Kami mengumpulkan sekolah-sekolah negeri bagus dari seluruh borough yang ada di New York City.
Singkatnya, setelah sampe NYC, kami sudah bisa meraba-raba kira-kira daerah mana yang bakal jadi tempat tinggal nanti. Akhirnya list pilihan sekolah diperkecil dan seleksi lagi sesuai dengan daerah yang ingin kami tinggali. Pilihan kami jatuh pada Brooklyn dan Astoria. Setelah berhitung, menimbang, survey daerah mana yang tenang, lingkungannya family friendly deket dengan fasilitas umum untuk anak-anak, pilihan kami jatuh pada Astoria. Mulai deh bergerilya cari-cari apartemen lewat TRULIA, Naked Apartments, Zillow dan sejenisnya. 3 yang kami sebutkan adalah situs-situs layanan mencari rumah/apartment secara online yang kami rekomendasikan dan biasanya via agen-agen/broker. Broker akan mendapat fee umumnya biaya 1 bulan sewa apartemen kita. Favorit kami adalah TRULIA. Ada aplikasi yang bisa kami download, kemudian kita bisa tau sekolah yang termasuk zone di alamat yang kita tuju. Zoned School artinya sekolah hanya diperuntukkan untuk anak-anak yang berdomisili di daerah yang satu zone dengan sekolah tersebut. Informasi zone dan distrik ini sangat mudah dicari secara online. Setelah mengantongi informasi tentang zone dan distrik, mulailah kami mencari rumah.
Saat mencari rumah, hampir semua daerah-daerah dan alamat yang zoned ke sekolah incaran kami, PS 122 Mamie Fay, kami hubungi. Sampai-sampai inbox e-mail Papin dan Mamin penuh dengan e-mail-e-mail balasan dari broker. Ada yang responsnya cepat, ada yang tidak menjawab, ada yang ternyata rumahnya udah laku/sudah disewa tapi masih dipasang online, dll.
Mungkin memang rejeki anak-anak, kami menemukan apartemen yang hanya berjarak 5 menit dari sekolah incaran. Begitu urusan surat-surat apartemen selesai, kami langsung datang ke sekolah dengan membawa bukti-bukti yang diminta sekolah : bukti alamat rumah (yang ternyata ditolak karena kata pihak sekolah surat kontrak macam itu sudah banyak yang mendownload dari internet dan digunakan untuk manipulasi alamat), tagihan listrik/gas dari ConEd (walopun belum ada tagihannya, tapi untung kami sudah mendaftar rekening online, jadi terlihat bahwa kami memang tinggal di apartemen itu) dan slip gaji Papin yang beralamatkan di tempat kami. Surat-surat standar lain yang kami siapkan adalah fotokopi paspor, akte kelahiran, bukti kelengkapan imunisasi dan surat transfer dari sekolah lama.
Saat datang ke sekolah, kami harus meninggalkan identitas di meja satpam dan mencatat alamat tinggal. Kemudian kami langsung menuju kantor administrasi sekolah. Di kantor, kami disambut dengan sangat ramah dan dengan sabar petugas admin membantu dan melayani kami. Lalu kami diberi segepok form yang musti diisi untuk masing-masing anak. Form -form ini kami bawa pulang dan diisi di rumah. Isinya mulai dari data pribadi anak dan keluarga, data penghasilan kepala keluarga (ini akan digunakan untuk memutuskan apakah si anak akan dapat free lunch atau bayar setengah atau bayar full setiap bulannya), data-data kesehatan dan data asuransi.
Keesokan harinya kami datang lagi ke sekolah untuk mengembalikan form-form tersebut. Setelah selesai, kami diberi form kesehatan yang harus diisi oleh Departemen Kesehatan. Yang artinya, anak-anak harus dicek secara fisik dan mental di klinik-klinik anak yang sudah ditunjuk oleh Dept. Kesehatan. Dan di klinik ini pula anak-anak akan dilengkapi imunisasinya jika ada yang belum didapat atau musti diulang.
Cerita soal pemeriksaan kesehatan, akan kami post di postingan berikutnya.
No comments:
Post a Comment